Narsis dan Riya

 

riya1

Kenapa biasanya orang santai saja bila dicap “narsis” tapi agak risih bila disebut “riya”? Padahal narsis dan riya konotasinya 11-12 alias beda tipis, secara garis besar bermakna akan memperlihatkan kelebihan diri ini kepada publik.

Ingat beberapa waktu lalu sempat heboh di sosmed, tentang seorang ustadz yang diserang netizen karena menyatakan bahwa selfie identik pula dengan riya. Sebenarnya bila dipikir dengan logika..yah ada benarnya juga.

Manusia agak risih dengan istilah “riya” karena identik dengan agama yang berkaitan dengan penyakit hati sehingga menjurus ke arah dosa. Sedangkan “narsis” kesannya lebih santai, lebih kekinian dan lebih populer, lagipula tidak membawa masalah agama…sehingga bisa diterima.

Kata “narsis” berasal dari Baca lebih lanjut

Saya Ingin Seperti Mereka

….dan ternyata mereka ingin seperti saya! 

Rakyat ingin seperti Presiden yang mempunyai kekuasaan. 
Namun Presiden ingin seperti rakyat yang mempunyai kebebasan.

Pembantu ingin seperti majikan yang setiap hari ikut arisan dan pergi ke mall.
Namun majikan ingin seperti pembantu yang hanya numpang tidur dan makan namun masih menerima gaji bulanan. 

Atasan ingin seperti bawahan yang tidak perlu bertanggung jawab apabila ada kesalahan. 
Namun bawahan ingin seperti atasan yang gajinya lebih besar. 

Karyawan ingin seperti direksi yang mempunyai posisi jabatan dan penghasilan tertinggi.
Namun direksi ingin seperti karyawan yang kerja apapun pasti dibayar tanpa takut terancam bangkrut perusahaannya.

Dan itulah manusia.  Manusia yang tak pernah puas diberi nikmat apapun.
Selalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

 “Rumput tetangga selalu lebih hijau”

…..kelihatannya (saja) lebih hijau…..kita tidak tahu di halaman tetangga apakah banyak semut merah, cacing atau tanah yang selalu kering. Kita hanya melihat “rumput”nya saja.
Kita selalu iri dengki akan kelebihan orang lain. Sehingga selalu berpikir bahwa dunia ini tidak adil. So what? Semua orang diberi beban dan cobaan menjalani hidup, hanya saja berbeda-beda jenis cobaannya. Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kita selama ini hanya melirik “rumput” tetangga saja, tidak melihat “tanah” atau “pohon”nya. Itulah yang membuat kita dengki dan selalu ingin seperti orang lain.

Sebelum melihat rumput tetangga, sebaiknya kita lihat rumput kita sendiri. Setiap hari kita menyiram dan menyiangi rumput kita. Tetangga kita sebenarnya pun iri melihat hijaunya rumput di halaman kita. Lalu buat apa kita  merasa rumput tetangga lebih hijau, padahal tetangga kita pun tak mempunyai halaman yang ditumbuhi rumput sehelai pun ? 😄

(Arlin, 10/3/14)

Perbedaan

Kita memang negara Pancasila dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” atau berbeda2 tetapi tetap satu; tapi jujur aja..,apakah rela merasa beda mendapat perlakuan yg beda oleh orang yang sama? Secara orang yg satu punya status yang sama dengan kita..baik prestasi, pangkat, perilaku, dsb..

Tak jarang para mertua yg memperlakukan menantunya berbeda2. Entah dasar apa, yg jelas perilaku mereka sama baiknya, namun menantu yg satu diperlakukan sangat istimewa-bagaikan permaisuri istimewa,menantu lainnya dicuekin aja bagaikan anak tiri. Yang jelas, yang merasa diperlakukan tak enak pasti tak berani protes ke mertuanya, walaupun cenderung sakit hati. Tapi ada juga yang cuek bila diperlakukan beda; namun justru pihak ketiga yang melihat segala perbedaan itu. Pihak ketiga berhak saja sih mengajukan protes, bila ia berani. Toh, sudah hak semua orang mendapatkan hak dan perlakuan yang sama bila kita memiliki derajat dan ilmu yang sama.

Masih banyak segala contoh perbedaan lainnya tanpa alasan yang jelas. Memang bete..gondok dsb, namun sekali lagi kita kembali ke fitrah kita sebagai manusia yang ikhlas dan tawakal. Jalankan kewajiban kita sebagai manusia beriman yg baik. Bila merasa diperlakukan tak adil oleh mertua, boleh aja sesekali kita bete, asalkan kita tetap menjalankan kewajiban kita sebagai anak dan menantu yg baik; senantiasa berbakti dan mendoakan mereka-bukan berarti caper- tapi jalankan saja yang sudah menjadi kewajiban kita. Insya Allah dengan segala keikhlasan menunaikan kewajiban akan membuka hati orang yg memperlakukan kita secara beda dgn yang lain…meskipun kita diperlakukan beda jgnlah kita membeda2kan orang tsb. Perlakukan seseorang sebagaimana kita ingin diperlakukan.

Mama Minta Pulsa

Masih mengenang momen Hari Kartini yg diperingati minggu lalu, dimana momen ini menghormati derajat wanita Indonesia yg akhirnya bisa berpendidikan tinggi berkat perjuangan R.A Kartini.

Wanita – terutama kaum ibu – memanglah sosok yang paling dihargai masyarakat. Namun sepertinya ada yg menyalahkan sikon ini. Yaitu ‘entah siapa’ dedengkot yg memulainya, menteror massa untuk minta pulsa via sms dengan kedok “mama”. Sepertinya dia tahu kita memang paling sensitif bila diungkit segala sesuatu musibah yg menimpa sang mama. Maka beragam alasan dipakainya via sms untuk minta pulsa…ada yg krn mama sakit lah, mama di kantor polisi, hp mama ilang, mama cerai, mama dirampok dsb..

Pulsa yg diminta memang tidak banyak, hanya 20 ribu, tapi sms nya dikirim ke ribuan orang dengan harapan ada yg termakan jebakannya. Memang tidak semuanya memakai kedok “mama”, ada juga yg berkedok “papa”. Tapi yg jelas mayoritas “mama” dan identik dgn ortu (mama/papa). Belum pernah ada cerita ‘tante minta pulsa’. Apalagi ‘nenek minta pulsa’. Mungkin si penipu berpikir kita paling dekat dgn ortu..,klo tante nanti dikira tante girang dan kalo nenek kebanyakan ga punya hp atau sudah almarhum.

Sebenarnya penipuan ini sudah marak dimana2 dan semua orang pasti pernah mengalaminya. Tapi si penipu memang gigih dan ga tahu malu,walaupun banyak juga orang yg iseng membalas sms dan ngerjain si penipu seperti: mama aku hamil, waah mama kan udah di surga emang butuh pulsa yah, minta aja ama papa, dll 🙂

Penipuan ini udah ngetrend dan masyarakat ga bodoh2 amat buat ditipu. Tapi kenapa masih ada aja yah sms ini? Kesannya tuh penipu malah ga kreatif, sekarang malah sms nya banyak yg pake bhs daerah biar kesannya asli dari ibu kandung…tapi aneh kan kalo smsnya bahasa sunda sementara ibu kita orang padang? 😀

Siapa pun yang punya ide untuk buat sms “mama minta pulsa” ini. Sebaiknya distop aja deh. Kesannya malah mencoreng nama “mama” alias wanita Indonesia. Dari bahasanya sudah terkesan – dalam sms – bahwa kaum ibu adalah orang yg mata duitan dan malas dalam berusaha.
Padahal kenyataannya kan kita semua tahu bahwa kaum ibu Indonesia (“mama”) adalah seorang pejuang ulet, seperti sosok Kartini..ga mungkin minta pulsa 20 ribu cuman gara2 ditahan dikantor polisi..biasanya para ibu pasti akan usaha dulu sana-sini kalo perlu dijual hpnya buat nelpon kita di telpon umum dan minta tolong.
Jadi, udahan dulu deh para mama palsu yg suka minta pulsa…

Pak Anen

Bagi teman2 alumni sekolah Muhammadiyah Rawamangun,baik TK,SD,SMP,SMA dari angkatan berapapun pasti mengenal tokoh ini. Pak Anen. Siapa yang tak kenal dengan beliau. Beliau bukan guru, kepala sekalah, donatur, apalagi mendiknas zaman aku SD dulu (orde pak Harto) tapi semua orang yang sekolah di situ pasti mengenalnya. Mulai dari murid sampai orang tua murid. Bahkan pedagang kaki lima dan tukang becak yang suka ngetem di depan sekolah pun mengenalnya!! 😀

Pak Anen hanyalah seorang penjaga pintu gerbang sekolah. Kerjanya yaah hanya membuka pagar sekolah pagi2 sekali supaya murid dan guru bisa masuk sekolah, menguncinya pas jam belajar supaya tidak ada yang mabal, membuka lagi pintu gerbang pas jam pulang dan mengunci kembali rapat2 ketika sudah tidak ada kegiatan di sekolah supaya ga kemalingan. Sangat sederhana pekerjaannya kan? Tak perlu ijazah khusus atau sekolah tinggi2 untuk melakukannya. Tapi pekerjaannya memang memegang amanat yang cukup besar demi keamanan sekolah dan para murid yang cenderung kebanyakan masih kanak2 apalagi tinggal di jalan besar yang rawan macet karena sekolah kita berdekatan pula dengan Pasar Sunan Giri.

Dan ada yang luar biasa lagi dari sosok Pak Anen ini. Setiap hari..setiap pagi ketika kami-para murid-berdatangan,beliau selalu menyapa kami satu per satu dengan senyum lembut di bawah kumisnya itu. Ditambah dengan ucapan assalamualaikum,selamat pagi dan apa kabar…dan selalu..setiap hari kami juga diberi jabatan tangan seperti lebaran! Setiap hari!! Begitu pula waktu pulang..,dan tanpa kecuali alias kepada semua murid! Buat kami yang mayoritas murid SD menganggap beliau sosok ‘bapak’..setelah pergi dari rumah. Dan takjubnya lagi pada Pak Anen, ketika kami pulang sekolah, beliau pasti hapal tujuan kami masing2 kemana..naik jemputan no.berapa,dijemput oleh siapa,tukang becak langganan kita, bila ada yg biasa pulang jalan kaki pun beliau hapal rute jalannya kemana lalu membantu untuk menyebrangkan jalan dsb, begitu pula bagi yang biasa naik kendaraan umum..beliau tahu kita mau naik mikrolet no.berapa dsb.. 🙂

Tak hanya para murid. Orang tua murid pun pasti mengenang sosok Pak Anen. Bila sedang bagi rapot, ada ibu A mencari anaknya, Pak Anen langsung tahu dia ibunya siapa dan tahu anaknya biasa nongkrong dimana. Dulu waktu aku SMP dan sudah tidak bersekolah di situ lagi, Pak Anen juga langsung mengenalku ketika aku menemani ibuku untuk menggambil rapot adik. Beliau langsung menyapaku,menanyakan kabar dengan senyum khas ramah dan tak lupa ucapan salam serta jabatan tangannya. Dan sepertinya itulah sapaannya yang terakhir untukku… 😦

Terdengar kabar beliau sudah tiada..sudah almarhum. Entah benar atau tidak, tapi sepertinya memang wajar sih..karena waktu aku kecil saja Pak Anen sudah lebih tua dari ayahku. Aku belum sempat memberinya apa2,tak sempat membalas jasanya,dan sudah sangat lama tak bertemu dengannya. Pak Anen memang tak pernah memberiku uang jajan,ongkos pulang ataupun ilmu seperti halnya guru2 lain di sekolah itu. Namun senyum dan salamnya yang ikhlas adalah amalan pemberian yang sangat berharga. Memang benar,untuk bersedekah kita tak perlu harta berlimpah..cukup tersenyum saja. Sedekah yang sangat sederhana dari seorang penjaga pintu gerbang, namun maknanya luar biasa. Buktinya sampai sekarang aku masih terus mengenang senyum dan salamnya..bahkan ingin membalasnya. Mungkin bukan hanya aku yang terkesan akan senyum dan salamnya Pak Anen, aku yakin teman2 alumni Muhammadiyah Rawamangun pasti juga mengalami hal yang sama.

Selamat jalan Pak Anen…semoga Allah membalas semua jasamu, maafkan bila aku belum sempat memberi apapun jua kepadamu. Semoga engkau mendapatkan tempat terbaik di sisiNya, senyummu pasti akan menaikkan derajatmu di surga..آمِّينَ يَ رَ بَّلْعَلَمِيّنْ

Gadis Pantai

Roman karya Pramoedya Ananta Toer kali ini sebenarnya merupakan trilogy (terdiri dari 3 seri), tapi ternyata hanya ada SATU buku saja yang ‘terselamatkan’ dan kini beredar di tanah air. Dua buku lanjutan dari Gadis Pantai ini hilang entah kemana ditelan oleh kuasa zaman orde baru. Ajaibnya lagi buku Gadis Pantai ini justru terselamatkan oleh mahasiswa dari Australia yang mendokumentasikan karya-karya Pramoedya Ananta Toer.

Novel Gadis Pantai ini menurut pengarangnya menggambarkan feodalisme Jawa – antara kaum priyayi dan rakyat jelata – pada masa penjajahan dulu. Mengisahkan kehidupan seorang gadis – sang Gadis Pantai – yang cantik jelita dengan kulit kuning langsat dan hidup di kampung nelayan di Rembang, Jawa Tengah. Gadis Pantai ini memikat hati seorang pembesar administratif di kota dan melamarnya untuk menjadi istri. Istri seorang priyayi yang berasal dari kampung saat itu bukanlah dianggap ‘istri’ dalam definisi sesungguhnya. Ia hanya sekedar pemuas kebutuhan seks semata atau bisa dikatakan sebagai selir.

Kisah sang Gadis Pantai sebagai istri seorang priyayi sangatlah fluktuatif. Gadis Pantai yang masih berusia sangat muda (14 tahun) dan belum mengerti apa-apa alias sangat polos harus berpisah dengan orang tuanya. Kehidupannya yang semula hanyalah anak seorang nelayan di kampung berubah menjadi ‘seorang istri pembesar’ dimana dia tak bisa sembarang bergaul dengan orang lain, bebas untuk memerintah orang, harus banyak belajar;menyulam,membatik, mengaji dsb, dan setelah ia berpisah dengan orang tuanya pun; Gadis Pantai tetap kurang mendapatkan kasih sayang dari suaminya. Gadis Pantai masih beruntung mempunyai pelayan yang sangat setia untuk mendengarkan curhatnya. Hanya saja, tiba-tiba terjadi peristiwa yang menyebabkan pelayan tersebut dipecat. Gadis Pantai mendapatkan pelayan baru yang cantik hanya saja orangnya tidak setia dan Baca lebih lanjut