Nyinyir

Sepertinya banyak yang menggunakan kata ini namun tak paham artinya. Sebenarnya sudah pernah terdengar juga dalam percakapan sehari-hari, hanya jarang,  dan kata ini  tak pernah diajarkan oleh guru bahasa Indonesia. Kata tersebut adalah “nyinyir”. Sekilas banyak yang mengartikan “nyinyir”  sama dengan sinis, dengki, atau lebih tepatnya menyindir.

Pemahamannya ke arah konotasi negatif alias sesuatu yang berarti antagonis seperti menjelekkan atau mencerca. Dicoba lihat ke kamus Jus Badudu, ternyata tidak ada kosa kata tersebut. Berarti ini asli bahasa Indonesia, bukan bahasa serapan asing atau bisa jadi kata ini memang dari bahasa daerah atau nenek moyang kita yang bahasa sudah dari lahir dimana kamus Jus Badudu memang isinya kata bahasa Indonesia yang dibakukan dari serapan bahasa asing atau sebelumnya tidak dikenal zaman nenek moyang kita. Mencoba di cari di kamus WJS Poerwadarminta, ternyata…tidak ada juga…kamusnya! Haha …alias hilang atau lupa disimpan dimana kamus yang tebal dan sudah lama itu. Akhirnya, penasaran buka juga KBBI on line, akhirnya ketemu juga artinya . Masih penasaran juga, sekedar cross check, maka sengaja ke toko buku sekedar numpang baca buku KBBI dan beberapa kamus bahasa Indonesia lainnya. Lalu, sengaja bertanya juga kepada orang-orang lama (baca:lanjut usia) yang ternyata lebih ‘kaya’ akan makna kata dari bahasa sendiri. Dan ternyata, nyinyir berarti : Baca lebih lanjut

Susilo Bambang Yudhoyono

sby

Jend. TNI. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono atau yang akrab dikenal SBY. Adalah Presiden RI ke-6 selama 2 periode pada 2004-2009 dan 2009-2010. Beliau memimpin Indonesia selama 10 tahun. Dikenal sebagai karakter yang perfeksionis dan rapi dalam memimpin pemerintahan RI. Beliau dibesarkan dari pendidikan militer dan lulus sebagai yang terbaik pada 1973. Tampan, gagah dan tinggi besar adalah ciri khasnya dimana beliau selalu didampingi istrinya yang cantik serta eksis di dunia maya dan fotografi.

Presiden ‘Pertama’

Secara teori dalam sejarah, SBY sebenarnya adalah Presiden ke 6 di Indonesia setelah Presiden Soekarno dst. Namun bila dilihat dari cara pemilihannya, beliau adalah Presiden ‘pertama’ yang dipilih secara langsung oleh rakyatnya di negeri ini – ketika demokrasi secara langsung dirasakan oleh kita. Sebelumnya Presiden Indonesia masih dipilih secara system parlemen alias dengan perwakilan rakyat, ketika dimulai reformasi pada 1998 pun sebenarnya Pemilu di negeri ini sudah mulai dirubah sistemnya – namun hanya sebatas pemilihan langsung wakil rakyat dan kepala daerah. Ketika era reformasi, rakyat sepertinya masih tidak puas akan pemimpin bangsa ini dan akhirnya lagi-lagi diturunkan sebelum masa jabatannya berakhir. Akhirnya UU Pemilu di rombak lagi, dimana pemilihan Presiden dipilih langsung oleh rakyat. Pada 2004, dilakukanlah Pemilu dengan beberapa tahap pemilihan, salah satunya adalah Pemilihan Presiden..; dan saat itu yang menjadi Presiden pertama yang terpilih langsung dari rakyat yaitu adalah Susilo Bambang Yoedhoyono alias pak SBY 🙂

Beberapa kali pergantian Presiden di Indonesia biasanya terjadi hanya karena hal-hal genting di negeri ini dimana terpaksa kepemimpinannya direkomendasikan kepada ‘wakil’ atau sejenisnya. Dimana para Presiden tak pernah tuntas masa jabatannya. Soekarno terpaksa memberikan mandate kepada Soeharto karena situasi darurat pemberontakan PKI dan penculikan para jendral, Soeharto terpaksa memberikan kuasanya kepada Habibie karena didesak turun oleh rakyat karena kenaikan harga dan ketidakpuasan rakyat, Gus Dur terpaksa turun dan digantikan Megawati karena lagi-lagi didesak turun oleh karena bentrok dengan DPR dan ketidakpuasan rakyat. Dan presiden yang mendadak naik jabatan pun lagi-lagi sepertinya tidak menimbulkan kepuasan tersendiri bagi rakyatnya. Sungguh miris yah. Sepertinya negeri ini kehilangan sosok pemimpin 😦

Dan SBY adalah Presiden ‘pertama’ RI Baca lebih lanjut

Makna “Cublak-Cublak Suweng” Yang Menakjubkan

Masih ingat dolanan saat kita masih kecil dan biasanya dilakukan pas terang bulan ini?
Beberapa anak ikut bermain, satu anak duduk telungkup seperti posisi sujud dan memejamkan matanya sementara anak-anak lainnya duduk mengitarinya lalu tangan anak-anak tersebut dalam posisi menengadah menunggu giliran sebuah batu kerikil yang nanti akan jatuh dalam salah satu genggaman tangan seorang anak. Sambil menggilir batu tsb anak-anak menyanyikan lagu ini :

Cublak-cublak suweng
Suwenge ting gelenter
Mambu ketundung gudhel
Pak gempo lerak-lerek
Sopo ngguyu ndelekakhe

Sir-sir pong dele kopong
Sir-sir pong dele kopong
Sir-sir pong dele kopong

Selesai menyanyi lagu itu, anak yang telungkup bangun dan disuruh menebak siapa yang menggenggam batu tsb.

Si anak yang telungkup bila salah menebak maka dia akan disuruh telungkup lagi dalam fase permainan berikutnya.

Permainan ini pastilah sudah lama kita tinggalkan. Namun tanpa kita sadari sampai kita dewasa pun kita masih melakukan ’permainan’ ini. Dalam kehidupan sehari-hari. Permainan anak-anak yang akrab bagi masyarakat Jawa ini ternyata mengandung banyak makna dan mengajarkan kehidupan sedari kecil. Konon (katanya) permainan ini awalnya dikenalkan oleh Walisongo.

Banyak versi lirik lagu ”Cublak-cublak Suweng” di Jawa. Mungkin tergantung nenek moyang dan dialek setempat, Tegal dan Pekalongan yang bersebelahan saja bisa berbeda lirik lagunya. Dalam satu kota saja bisa beda versi, yang jelas secara garis besar sama dan kurang lebih maknanya juga sama.

Apa sebenarnya makna dari dolanan bocah cilik ini?
Dari lirik lagunya bila dalam kiasan bahasa Indonesia kurang lebih seperti ini: Baca lebih lanjut