Tiada Yang Sempurna

Upin dan Ipin tengah asyik bermain kejar-kejaran, namun tiba-tiba Ipin tersandung batu dan jatuh. Kaki Ipin patah. Ipin tak bisa bermain lagi, duduk diam di depan TV dan selalu minta tolong saudaranya,Upin, bila ada yang ingin diambilnya dan tak terjangkau karena tak bisa berjalan. 

Akhirnya Ipin pun diberi tongkat untuk membantunya berjalan. Ipin sangat senang. Keesokannya Ipin mencoba ikut bermain petak umpet bersama temannya. Beberapa kali Ipin mencoba namun tetap tak berhasil, permainan jadi tak seru karena langkahnya Ipin tertinggal – lebih lambat – dibandingkan temannya. Semakin Ipin mencoba, dia pun semakin tersiksa. Akhirnya Ipin menyerah. Ipin memutuskan berhenti bermain dan istirahat di saung pinggir lapangan. Ipin semakin sedih dan menyesal sambil melihat temannya bermain, kaki serta tongkatnya. 

^_^

Tak ada yang sempurna di dunia. Meskipun kita terlahir dalam keadaan fisik sempurna. Lengkap dengan segala tangan kaki yang berfungsi. Namun alam pula lah yang bicara. Seiring dengan waktu segalanya bisa berubah. Seperti Ipin yang terlahir sempurna dan biasa bermain mendadak terkena musibah sehingga tak bisa jalan. 

Wajar bila Ipin menyesal dan sedih. Dia seperti kehilangan kehidupan lamanya; bermain, berlari, yang kini tak dapat dilakukan lagi.Kini dia pun harus tergantung kepada orang lain. Setiap memandang temannya, Ipin hanya iri karena dia dulu merasa bisa namun sekarang tidak. 

^_^



Ipin  tak sendiri di dunia ini. Masih banyak yang senasib dengannya. Dimana merasa dirinya cacat (disable) tak sedari lahir. Sehingga agak sulit untuk beradaptasi dan menerima kondisinya. 

Kita tercipta oleh Sang Maha Penguasa Alam Semesta. Dan kita pun harus bersatu dengan alam. Kita harus mengikuti aturannya. Semua sudah di atur mengapa harus ada yang tinggal di darat, laut maupun di udara. Agar bumi ini bisa saling melengkapi. Semua sudah di atur sesuai kemampuannya. Tak mungkin kita memaksakan ikan tinggal di darat, atau ayam tinggal di laut. Sama saja dengan membunuh mereka. 

Semua sudah di atur sesuai scope-nya masing-masing. Meskipun kita sudah berusaha untuk mencoba, bila alam tak mengizinkan kita tetap saja tak akan bisa. Kita tak bisa memaksa diri sesuai kehendak agar kita sama dengan yang lain. Lihatlah Ipin  yang sudah mencoba berlari meskipun sudah dibantu tongkat tetap saja tak berhasil. Dan apabila terus dipaksakan, Ipin bisa saja akan celaka dan kaki yang masih sehat pun akan lumpuh pula. Ipin awalnya memaksa diri karena ambisi dan terobsesi oleh lingkup sekitar yang sempurna. Namun akhirnya dia pun sadar akan kondisinya.  Apakah Ipin menyerah? Tidak. Dia telah mencoba. Meskipun gagal. Setidaknya itu adalah jawaban memang dia tak bisa melakukannya. Seseorang dikatakan menyerah apabila belum mencoba sama sekali dan sudah putus asa. 

Lalu mengapa ada orang seperti Ipin? Yang mendadak mengalami tidak berfungsinya alat gerak tubuh namun tak sedari lahir, sehingga sulit beradaptasi?

Masih ingat metamorfosis sempurna yang di alami kupu-kupu? Semula ulat yang hidup di tanah dan berubah menjadi kupu-kupu yang bisa terbang. Semuanya adalah kehendak Sang Pencipta dan harus bersatu lagi dengan alam ciptaanNya. 

Begitu pula dengan Ipin, harus berupaya beradaptasi di alam mana dia harus berada. Tak akan mungkin seekor kupu-kupu merayap terus di atas daun. Dia harus belajar terbang,  mengelilingi bunga dan mengisap nektarnya. Banyak orang yang jijik akan ulat namun semua orang menyukai kupu-kupu. 

Mungkin saat ini Ipin menyesali keadaannya yang tak bisa berlari namun suatu hari dia akan menyadari justru itulah anugrah terindah yang pernah dia miliki. Sebagaimana kupu-kupu cantik yang mampu menyuburkan bunga dan menghiasi indahnya taman.

Setiap orang diberi kelebihan dan kekurangan. Kita mungkin tak bisa berjalan, tapi itu pasti karena kita bisa “terbang”😉

Actually, being disable is a gift. Trust me😊

And just like Ipin,  you’re not alone.  (arlin)

Jakarta, 1 April 2015

Kembali Ke Laptop

Setelah mencoba beberapa aplikasi dari kecanggihan tekhnologi masa kini yang ada, akhirnya aku menyadari media ternyaman untuk menulis adalah LAPTOP !!

Yaah…laptop! Bukan macbook atau yang lebih canggih lagi. Beberapa hari lalu aku sempat menangis ketika laptopku rusak. Sebenarnya aku jauh lebih menyukai PC daripada laptop. PC computer langsunng ada di atas meja dan kita tinggal menyalakan layar monitor bila ingin menulis, laptop juga serupa tapi keunggulannya bisa dibawa travelling namun kelemahannya karena suka dibawa travelling saat ingin menulis kita harus re-pack lagi dari tas kita. Bagusnya sih punya keduanya, namun dana terbatas 🙂

Aku akui iPad jauh lebih cool daripada laptop, dengan segala aplikasi yang ada. Lagipula ada beragam aplikasi untuk kita menulis di situ, namun setelah dicoba buatku jauh lebih nyaman menggunakan laptop. iPad jauh lebih bermanfaat untuk ilmu yang bisa aku dapat selain itu banyak beragam info mengenai hobi yang bisa dikembangkan via berbagai aplikasinya. Tapi buat menulis, atau blogging jauh lebih konsen dengan laptop. Kesannya jadul banget yah? 🙂 Baca lebih lanjut

Dear Diare…..

Dear Diare…..
Kamis, 22 Maret 2012
Jam 13.00 WIB
Dear diare….
Sabar aku harus menanti antrian seseorang di WC. Tenang…ini kan bukan di rumah, ini masih di kantor alias masih tergolong WC umum. Jadi wajar laah kalau harus ngantri.
Setelah masuk…aaah plong…deras nian bab nya. Diare nih…aah paling hanya 2-3 kali saja, batinku. Pasti gara-gara tadi makan pedas lagi.

Jam 14.00 WIB
Dear diare…
Bab lagi….duuh mulesnya….
Di luar sana ada suara orang yang kedengarannya sedang ngantri juga. “ketak…ketok..ketak..ketak..ketok..” terdengar suara high heels-nya. Duuh,,aku jadi ga enak, kelamaan nongkrong..tapi mau gimana lagi…jalurnya masih padat merayap . jalur dari usus menuju anus hahaha….

Jam 14.30 WIB
Baru sepuluh menit di meja kantor sudah lari lagi ke WC tengah…alias khusus tamu di kantor. Sengaja kupilih WC ini karena paling bersih. Kali ini sengaja kubawa blackberry-ku…habis daripada bengong, jadi bisa multitasking. Nongkrong sambil browsing dan upload postingan di blog. 😉

Jam 15.00 WIB
Dear diare…
Kerja multitasking kuteruskan di toilet,,hanya sayang tak bisa kubawa Baca lebih lanjut

Hak Pembaca

Beberapa waktu yang lalu ada seorang yang membaca salah satu postinganku di blog ini dan dia langsung memberi komentar (bukan via blog) “ga mudeng” alias ga nyambung atau ga ngerti postinganku tsb. Yaah…, aku sih ga ngasih comment balik ke pembaca tsb, aku ga ngasih comment “ndablek lo…” atau berusaha mati2an ngejelasin kesimpulan postingan tsb kepada beliau. Menurutku wajar aja kalau ada pembaca yang ga ngerti, tiap orang kan punya sudut pandang dan persepsi yang berbeda. Ibaratnya dulu pas zaman sekolah aku baca buku pelajaran tapi ga ngerti…hehe…emang ga mungkin sih gw nanya ke penulisnya, pasti nanya ke guru sekolah..hehe,,,dan kemungkinan besar itu karena gw nya yang ndablek 🙂

Terus terang sudah ratusan kali sih aku menulis, dan ada saja yang memberi komentar…entah berupa kritik, saran atau pujian. Tapi baru kali ini ada yang ngasih komentar “ga ngerti”. Sampai akhirnya aku berulang kali membacanya…yaah berhubung aku yang menulis sudah pasti mengerti. :p

Memang sudah menjadi hak pembaca untuk memberikan kritik dan saran kepada tulisan yang dibacanya. Ini juga sangat berguna kepada si penulis untuk memperbaiki kualitasnya. Selain suka menulis, aku juga suka Baca lebih lanjut

Rahasia

Ketika kita berhadapan dengan sebuah pertanyaan dimana jawabannya adalah suatu hal yang paling rahasia dalam hidup kita, pasti sulit menjawabnya.
Mungkin pertanyaannya adalah suatu yang paling biasa bagi orang kebanyakan – tapi bagi kita itu suatu yang sensi – bukan krn sifat yg sensitif tapi krn rahasia itu. Juga bukan kita tak percaya pada orang yg bertanya.

Setiap orang pasti punya rahasia, itu hak semua orang, janganlah terlalu mengungkat-ungkit rahasia orang. Pada orang yg paling dipercaya, seseorang menceritakan rahasianya. Dan bila rahasianya bocor wajar saja bila dia emosi. Tak perlu saling menyalahkan, memang sulit untuk menjaga rahasia termasuk bagi orang yg punya rahasia itu sendiri.