Rakyat dan Wakil Rakyat

Apa bedanya rakyat dan wakil rakyat (anggota DPR) ?
Kita sama. Tak ada bedanya antara kita (rakyat) dan mereka (anggota DPR).
Begitulah kita sehari- hari.
Saat kita kerja kita suka ketiduran, begitu pula mereka.
Saat kita kerja kita suka baca koran, begitu pula mereka.
Hanya saja saat kita kerja tidak disorot kamera.
Saat kita kerja main games, begitu pula mereka.
Saat kita kerja suka ngobrol, begitu pula mereka.
Hanya saja saat kita kerja tidak masuk siaran televisi.
Saat kita kerja suka main hape dan chatting, begitu pula mereka.
Saat kita kerja suka buka situs porno, begitu pula mereka.
Hanya saja kita tidak diliput media massa.
Saat perjalanan dinas pun kita suka memanfaatkan uang dinas buat keperluan pribadi.
Begitu pula mereka.
Hanya saja tak ada yang tahu. Atau sebatas rahasia perusahaan.
Wakil rakyat belajar dari rakyatnya.
Rakyatnya makin kekanakan, mereka pun ibarat berada di taman kanak-kanak.
Saat kita kerja mendadak suka kehilangan alat kerja. Begitu pula mereka.
Saat kita rapat kita juga sering ribut. Begitu pula mereka.
Hanya saja kita tak pernah di demo.
Saat kita kerja juga suka mabal. Begitu pula mereka.
Wakil rakyat seharusnya merakyat.
Mereka hanya sebagai wakil, dan kita alias rakyat, sebagai gurunya.
Mereka belajar dari rakyat sehari-hari kelakuannya.
Maka tak heran kelakuan dan kebiasaannya pun sama. Baca lebih lanjut

Hasil Pemilihan Presiden 2014

“Jika engkau mencintai, janganlah berlebihan seperti seorang anak kecil mencintai sesuatu. Dan, jika engkau membenci, janganlah berlebihan hingga engkau suka mencelakai sahabatmu dan membinasakannya.” (Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad)

Bagaimanakah nanti hasil pemilihan Presiden tahun ini yang tinggal menghitung hari? Dimana – mungkin – dalam sejarah pemilihan umum, kali ini adalah pemilihan Presiden yang paling seru di negeri kita. Presiden di pilih langsung oleh rakyat bukan untuk yang pertama kali, tapi bisa dikatakan momen saat ini mengalahkan demam piala dunia pada saat bersamaan. Dimana Presiden yang di pilih hanya dua, bisa dikatakan peluangnya pun fifty-fifty. Dimana – entah kenapa – rakyat seakan benar-benar mencintai calon Presiden pilihannya sampai membelanya mati-matian. Dimana kabar buruk tentang masing-masing calon Presidennya bersliweran di mana-mana.

Lalu bagaimanakah hasil pemilihan Presiden nanti?

Baca lebih lanjut

Pramoedya Ananta Toer

Setelah buku kumpulan esai mengenai Pramoedya Ananta Toer yang berjudul “1000 Wajah Pram dalam Kata dan Sketsa”, saya sepertinya telah mengenal dekat dengan beliau. Buku ini dibuat dalam rangka memperingati 1000 hari meninggalnya Pram, panggilan akrab untuk sastrawan besar ini, tanggal 1 -7 Februari 2009 para sahabatnya serta sastrawan dan para komunitas pencinta Pram mengadakan acara yang berjudul 1000 Wajah Pram dalam Kata dan Sketsa bertempat di rumahnya – jl. Sumbawa 40, Jetis, Blora.

Kumpulan esai mengenai Pram ini berisi 1000 artikel mengenai Pram yang ditulis oleh sastrawan, jurnalis, kolumnis, budayawan, beberapa keluarga Pram sendiri dan sebagainya. Dan tidak hanya dari orang-orang dalam negeri kita saja, banyak juga sastrawan dan jurnalis asing yang berperan dalam kumpulan esai ini. Dan artikel-artikel tersebut telah dipublikasikan ke media massa periode 2006 – 2009.

Secara garis besar; isi kumpulan esai ini adalah mengenai kehidupan Pram. Seorang sastrawan besar Indonesia yang lahir di Blora tanggal 6 Februari 1925 dan meninggal di Jakarta 30 April 2006. Hampir seluruh hidupnya dihabiskan di penjara. Masuk penjara tanpa proses pengadilan. Tiga tahun penjara colonial masa orde lama, 14 tahun masa orde baru, jadi tahanan rumah, tahanan kota dan tahanan negara. Karya-karyanya yang berubpa ribuan cerpen, novel, esai, puisi di bakar dan disita oleh negara. Sungguh suatu hidup yang memilukan. Tak ada kebebasan sama sekali untuk menuangkan aspirasi bagi kita di negara kita saat orde lama.

Namun sepertinya Pram pantang menyerah untuk menulis. Menulis adalah bagian dari hidupnya. Justru saat jadi tahanan di pulau Buru – atau lebih tepatnya diasingkan – periode 1969 sampai Baca lebih lanjut