Forgive & Forget 

Sorry seems to be the hardest word (Elton John)

Minta maaf memang sulit tapi memaafkan jauh lebih sulit lagi. Tapi nilainya jauh lebih mulia di mata Allah dan manusia lainnya. 

Manusia bukanlah mahluk yang sempurna. Kita tak pernah lepas dari kelalaian atau kekhilafan alias kesalahan yang biasanya akan menimbulkan kekesalan bagi orang lain di sekitar kita. Sudah sewajarnya kita meminta maaf bila berbuat salah…..



Tapi……….

Biasanya kita enggan atau cenderung sulit  memaafkan kesalahan orang lain. Kita merasa karena kita yang mempunyai kuasa, merasa yang paling pintar atau yang paling baik, rasanya tak dapat memaafkan kesalahan orang lain bahkan cenderung menyimpan dendam sekian lama atau ada rasa ingin membalas kesalahannya , tak jarang ada pula yang nyumpahin agar orang itu dapat balasannya. 

Lalu, akankah hidup kita tenang bila harus seperti itu? Dan apakah keuntungan yang kita dapat jika sumpah kita menjadi kenyataan ? Yang pastinya dosa kita akan semakin bertambah besar. Astaghfirullah…

Memang sulit memaafkan kesalahan orang lain. Karena gengsi atau ego, biasanya kita lebih memilih untuk “melupakan” daripada “memaafkan”. Dengan “melupakan”berharap bisa hilang dari ingatan kita akan kesalahan orang lain. Tapi, sebenarnya ini adalah cara yang salah . Pada dasarnya manusia tak akan bisa melupakan begitu saja. Setiap manusia mempunyai sel memory pada otaknya dimana setiap peristiwa yang dialami pasti direkam dalam otak kita. Bila kita mencoba “melupakan” itu sama saja kita memasang deadline kebencian kita untuk memaafkan seseorang, nanti bila masa itu lewat dan emosi kita mencapai klimaksnya bisa jadi justru “meledak”. 

Maka, jalan terbaik adalah kita mau memaafkan kesalahan orang lain. Meskipun orang tersebut belum tentu mau memaafkan kita. Kita berusaha demi silaturahmi yang terbaik, kita akui saja kesalahan kita. Perkara siapa yang salah atau benar, serahkan saja urusannya kepada Yang Maha Kuasa. Apabila tak ada kesempatan untuk bertemu dengannya lagi, minta maaf lah dalam hati, maafkan kesalahannya setiap malam sebelum tidur sebagaiman telah disunnahkan oleh Rasulullah untuk memaafkan kesalahan orang lain sebelum tidur.  Karena siapa tahu kesalahan yang kita perbuat kepadanya jauh lebih banyak daripada kesalahannya. 

Bagaimana jika kita sulit memaafkan kesalahan orang lain dan selalu ada rasa dendam?

Perbanyak istighfar, karena itu tandanya kita telah memiliki penyakit hati alias sombong. Artinya kesombongan kita jauh lebih besar daripada kesalahan orang itu.  Bayangkan Rasulullah saja yang sudah jauh lebih mulia dari kita, masih menerima dicaci maki setiap hari dan mau memaafkan kesalahan umatnya. Di dunia ini tak ada yang paling benar dan paling berkuasa.Karena seharusnya yang pantas dipuji hanyalah Allah, bila kita merasa diri kita yang paling benar dan tak ingin dihina berarti kita sombong.  Apabila kita merasa yang paling mulia dengan bersikap tidak mau mengakui kesalahan, tidak merasa pantas dihina, merasa yang paling benar , waspadalah itu semua adalah gejala awal kesombongan. Dari situ syaitan bisa masuk dengan mudah, dimana sombong adalah sifat syaitan yang utama, sehingga kita akan sulit untuk memaafkan. Astaghfirullah. 😰

“Jadilah engkau pemaaf dan perintahkan orang mengerjakan yang ma’ruf (kebaikan) serta berpalinglah dari orang2 yang bodoh (keburukan). ” (Al A’raf:199) 

Apakah kita juga mempunyai kesalahan terhadap orang lain?

Namanya manusia pasti tak pernah lepas dari kesalahan dan kelalaian sehingga pastinya kita pernah berbuat salah dengan orang lain entah disengaja atau tidak sengaja, baik kita sadari atau di luar kesadaran kita. Kita tak tahu segala sikap atau lisan kita – mungkin – bisa jadi sebuah cercaan yang menyakitkan bagi orang lain, meskipun kita tak ada maksud untuk menghina. Bila ada orang lain yang tak bisa memaafkan kita, hal ini akan mempersulit urusan kita saat di padang Mashyar nantinya. Makanya  kita harus senantiasa menjaga lisan, sikap,  perilaku. Atau sebaiknya diam. 

Lalu bagaimana bila orang lain tak mau memaafkan kesalahan kita?

Usahakan perbanyak istighfar dan memohon taubat dariNya. Setiap saat. Karena Allah lah yang Maha Pemaaf dan Maha Pemberi Taubat. Dan biasakan pula setiap malam sebelum tidur, kita sempatkan waktu untuk memaafkan kesalahan orang lain di sekitar kita, yang kita kenal, entah di masa lalu atau pun sampai detik terakhir. Ingat, memaafkan bukan melupakan. Cara memaafkan terbaik adalah kita mengingat kesalahan, istighfar, memaafkannya serta minta ampun kepada Allah. Meskipun sulit, tapi perlahan hati kita akan ikhlas akan segala kesalahannya, kita tetap ingat kesalahannya tapi kita pun akan diberi keyakinan bahwa bisa saja kita akan melakukan kekhilafan yang sama sehingga kita sendiri akan ikhlas memaafkannya. Percayalah. Insya Allah. 

Dan apabila kita telah memaafkan kesalahan orang2 di sekitar kita, insya Allah , Allah pun akan memaafkan kita. Insya Allah. Amin. ☺️☺️🙏

“Barangsiapa memaafkan kesalahan orang lain maka Allah akan memaafkan kesalahannya pada hari kiamat.” (H.R Ahmad)

Try to forgive, not to forget. Remember, give is better than get. If you forgive something, automatically you will forget it too 😃

And…please forgive me. 🙏

Jakarta, 18 September 2015

-arlin-

Wage san dan Mas Nae

Memang benar adanya, setelah lama tak bertemu sangat terasa artinya seorang teman. “suwe ora jamu, ketemu, ketemu pisan gawe gelo” Setelah lama tak berjumpa sangat terasa sebuah kehilangan.
Duuh….lebay banget yah….tapi memang inilah yang kurasakan setelah lama tak berjumpa dengan kedua mahluk ini. Wage san dan Mas Nae. Begitulah panggilan akrab mereka yang biasa kupanggil.

Entah apa artinya, aku juga tak tahu pasti. Sungguh aneh memang kenapa aku bisa begitu kehilangan mereka, yang pasti mereka juga tak punya hubungan dekat denganku. Hanya teman. Tak lebih tak kurang. Iya, betul. Hanya teman. Bukan saudara. Bukan pacar. Bukan tetangga. Bukan majikan. Bukan atasan. HANYA TEMAN. Tapi entah kenapa, aku merasa kehilangan mereka meskipun belum sampai setahun berpisah. Kita tak pernah nonton bareng, pulang bareng, ngopi bareng, nongkrong bareng, apalagi ditraktir deh, jangan harap….seingatku paling banter hanya ditraktir teh tawar doang. 🙂

Mereka juga tak pernah memberi sesuatu yang berharga – selain teh tawar – seperti kado ulang tahun, TV baru, hadiah lebaran, kartu tahun baru atau uang angpao. Yang rutin mereka berikan kepadaku adalah kritikan. Iya kritikan. Atau komentar tanpa nama pengirim. Bisa di blog, jaringan social, essay atau email. Heran, doyan banget yah kedua mahluk ini kasih komentar

Baca lebih lanjut

Perbedaan

Kita memang negara Pancasila dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” atau berbeda2 tetapi tetap satu; tapi jujur aja..,apakah rela merasa beda mendapat perlakuan yg beda oleh orang yang sama? Secara orang yg satu punya status yang sama dengan kita..baik prestasi, pangkat, perilaku, dsb..

Tak jarang para mertua yg memperlakukan menantunya berbeda2. Entah dasar apa, yg jelas perilaku mereka sama baiknya, namun menantu yg satu diperlakukan sangat istimewa-bagaikan permaisuri istimewa,menantu lainnya dicuekin aja bagaikan anak tiri. Yang jelas, yang merasa diperlakukan tak enak pasti tak berani protes ke mertuanya, walaupun cenderung sakit hati. Tapi ada juga yang cuek bila diperlakukan beda; namun justru pihak ketiga yang melihat segala perbedaan itu. Pihak ketiga berhak saja sih mengajukan protes, bila ia berani. Toh, sudah hak semua orang mendapatkan hak dan perlakuan yang sama bila kita memiliki derajat dan ilmu yang sama.

Masih banyak segala contoh perbedaan lainnya tanpa alasan yang jelas. Memang bete..gondok dsb, namun sekali lagi kita kembali ke fitrah kita sebagai manusia yang ikhlas dan tawakal. Jalankan kewajiban kita sebagai manusia beriman yg baik. Bila merasa diperlakukan tak adil oleh mertua, boleh aja sesekali kita bete, asalkan kita tetap menjalankan kewajiban kita sebagai anak dan menantu yg baik; senantiasa berbakti dan mendoakan mereka-bukan berarti caper- tapi jalankan saja yang sudah menjadi kewajiban kita. Insya Allah dengan segala keikhlasan menunaikan kewajiban akan membuka hati orang yg memperlakukan kita secara beda dgn yang lain…meskipun kita diperlakukan beda jgnlah kita membeda2kan orang tsb. Perlakukan seseorang sebagaimana kita ingin diperlakukan.

The Kite Runner

Novel karya Kholed Hosseini ini memang patut diacungi jempol. Tak heran bila termasuk novel best seller dan telah diterjemahkan dalam beberapa bahasa. Dan novel ini memang menggugah rasa kemanusiaan dan empati kita kepada saudara sesama muslim di belahan dunia lain.

Novel ini menceritakan tentang persahabatan dua bocah – majikan dan pelayannya – di Afghanistan. Persahabatan sejati antara Amir dan Hassan, walaupun mereka berbeda faham ajaran Islam, sunni dan syiah. Amir adalah seorang bocah anak saudagar kaya di Afghanistan yang mempunyai pelayan bernama Ali dengan anaknya Hassan, seorang Hazara dimana identik dengan Islam syiah.
Sebagian besar Hazara memang termasuk bodoh atau buta huruf, namun Amir selalu setia membacakan buku untuk Hassan di waktu senggang. Mereka sangat hobi bermain layangan dan mengejar layangan putus. Namun justru saat Amir memenangkan suatu turnamen layangan yang merupakan tradisi besar di Afghanistan saat itu, persahabatan antara Amir dan Hassan merenggang. Karena peristiwa heboh sesaat setelah turnamen layangan itu, Amir mengkhianati sobatnya atau bahkan saudaranya sendiri. Mereka tak saling tegur sapa bahkan berpisah. Perasaan bersalah Amir terus menghantuinya hingga ia dewasa. Dan akhirnya ia pun dapat menebus kesalahannya itu di masa depan. Suatu pengorbanan luar biasa demi seorang sahabat.

Cerita ini berlatar belakang suasana Afghanistan. Sejarah Afghanistan tergambar lengkap dalam novel ini. Mulai dari bangsa ini masih merdeka, saat dijajah Rusia sekitar tahun 1976, ketika penjajah Rusia berhenti menjajah karena pahlawan dari negeri itu – Taliban – berhasil mengusir Rusia, ketika rakyat setempat bangga menyambut Taliban sebagai pahlawan yang berhasil mengusir Rusia, ketika rakyat setempat menjadi takut karena kekejian Taliban, saat rezim Taliban menguasai Afghanistan, ketika Afghanistan dikuasai sekutu utara atau Amerika setelah bom WTC 11 September, ketika Taliban ketakutan dan bersembunyi dari tentara Amerika karena diduga terlibat dalam bom WTC. Semuanya langsung terbayang jelas di benak kita ketika membacanya.

Novel ini juga menceritakan tentang kekejaman Taliban terhadap warga Afghanistan. Mereka mengeksekusi para warga yang melanggar peraturan mereka. Kebenaran mengenai hal ini wallahualam, saya memang tidak tahu banyak mengenai politik Timur Tengah.
Tapi, dalam kisah fiksi ini sungguh menggetarkan dan membuat saya terharu. Bahwa ternyata masih banyak saudara kita – sesama muslim – yang kehidupannya tak pernah lepas dari peperangan. Perdamaian adalah hal yang langka bagi warga Afghanistan, yang sebagian besar Muslim, kehidupannya sangatlah miskin dan menyedihkan. Kapankah mereka diberi kebebasan seperti kita?

Sesungguhnya semua umat Muslim adalah bersaudara. Dan saudara terbaik adalah yang saling mendoakan yang terbaik bagi saudaranya yang lain. Bila ada saudara kita berbahagia kita ikut tertawa dan bila ada yang sakit kita turut bersedih. Tidak ada permusuhan dalam saudara. Janganlah kita menyakiti saudara kita sendiri.
Ramadhan telah di depan mata. Mungkin inilah saat terbaik bagi kita untuk mengangkat kedua tangan kita untuk berdoa. Tidak hanya untuk diri sendiri, tapi kita berdoa untuk semua saudara kita sesama muslim – di belahan bumi lain – kepada umat muslim di seluruh dunia. Semoga mereka semua merasakan nikmat ramadhan yang penuh berkah ini seperti kita yang merasakannya di negara yang telah merdeka ini. Amin.