Jend. TNI. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono atau yang akrab dikenal SBY. Adalah Presiden RI ke-6 selama 2 periode pada 2004-2009 dan 2009-2010. Beliau memimpin Indonesia selama 10 tahun. Dikenal sebagai karakter yang perfeksionis dan rapi dalam memimpin pemerintahan RI. Beliau dibesarkan dari pendidikan militer dan lulus sebagai yang terbaik pada 1973. Tampan, gagah dan tinggi besar adalah ciri khasnya dimana beliau selalu didampingi istrinya yang cantik serta eksis di dunia maya dan fotografi.
Presiden ‘Pertama’
Secara teori dalam sejarah, SBY sebenarnya adalah Presiden ke 6 di Indonesia setelah Presiden Soekarno dst. Namun bila dilihat dari cara pemilihannya, beliau adalah Presiden ‘pertama’ yang dipilih secara langsung oleh rakyatnya di negeri ini – ketika demokrasi secara langsung dirasakan oleh kita. Sebelumnya Presiden Indonesia masih dipilih secara system parlemen alias dengan perwakilan rakyat, ketika dimulai reformasi pada 1998 pun sebenarnya Pemilu di negeri ini sudah mulai dirubah sistemnya – namun hanya sebatas pemilihan langsung wakil rakyat dan kepala daerah. Ketika era reformasi, rakyat sepertinya masih tidak puas akan pemimpin bangsa ini dan akhirnya lagi-lagi diturunkan sebelum masa jabatannya berakhir. Akhirnya UU Pemilu di rombak lagi, dimana pemilihan Presiden dipilih langsung oleh rakyat. Pada 2004, dilakukanlah Pemilu dengan beberapa tahap pemilihan, salah satunya adalah Pemilihan Presiden..; dan saat itu yang menjadi Presiden pertama yang terpilih langsung dari rakyat yaitu adalah Susilo Bambang Yoedhoyono alias pak SBY 🙂
Beberapa kali pergantian Presiden di Indonesia biasanya terjadi hanya karena hal-hal genting di negeri ini dimana terpaksa kepemimpinannya direkomendasikan kepada ‘wakil’ atau sejenisnya. Dimana para Presiden tak pernah tuntas masa jabatannya. Soekarno terpaksa memberikan mandate kepada Soeharto karena situasi darurat pemberontakan PKI dan penculikan para jendral, Soeharto terpaksa memberikan kuasanya kepada Habibie karena didesak turun oleh rakyat karena kenaikan harga dan ketidakpuasan rakyat, Gus Dur terpaksa turun dan digantikan Megawati karena lagi-lagi didesak turun oleh karena bentrok dengan DPR dan ketidakpuasan rakyat. Dan presiden yang mendadak naik jabatan pun lagi-lagi sepertinya tidak menimbulkan kepuasan tersendiri bagi rakyatnya. Sungguh miris yah. Sepertinya negeri ini kehilangan sosok pemimpin 😦
Dan SBY adalah Presiden ‘pertama’ RI yang tidak putus di tengah jalan masa tugasnya. Beliau menjalankan masa jabatan dengan baik dan tuntas hingga akhir periode. Hal ini menandakan negeri ini berjalan aman dalam 10 tahun kepemimpinan beliau. Tak ada pernah terjadi pemberontakan massal, kelangkaan bahan sembako, kenaikan harga selangit yang mebuat rakyat menjerit selama 10 tahun ini.. Memang terjadi kenaikan harga, ada demo, dan keributan-keributan massa namun tidak meluas dan dapat diatasi dengan cepat. Kenaikan harga pun hanya sesaat di protes rakyat, namun seiring waktu berjalan pun rakyat dapat menyesuaikan, ini berarti rakyat kita bertambah sejahtera. Rakyat tak pernah marah kepadanya sehingga mempercayakan amanah negeri kepada beliau sepenuhnya, rakyat hanya ‘rajin’ mengkritiknya via sosmed namun tak pernah ada yang mendesaknya turun dari kursi Presiden.
SBY juga Presiden ‘pertama’ di Indonesia yang benar-benar terbuka untuk rakyat. Pada 2005, beliau membuka layanan SMS hotline kepada publik yang akan menyampaikan segala keluhan kepadanya. Lalu pada 2013, beliau juga mulai membuka akun twitter yang adminnya dikelola oleh staffnya. Berkat twitter ini pulalah rakyat kita jadi terlalu “berani” kepada sang pemimpin di dunia maya. Mereka berani mengkritik, mengejek, bahkan menghina sang Presiden. Mungkin ini adalah salah satu risiko jabatan seiring dengan berjalannya waktu, tak semata-mata beban tanggung jawab pekerjaan saja namun tanggung jawab moral untuk menjaga sikap dengan menerima segala kritik secara terbuka tanpa harus menculik sebagaimana yang pernah terjadi di orde baru. Dan SBY lah Presiden yang pertama kali berani dikritik secara terang-terangan di twitter tanpa menculik para netizen. Good job, Sir!
Perfeksionis dan Aman
SBY merupakan karakter yang cenderung perfeksionis. Beliau ingin semua tersusun rapi dan tersentuh dengan sempurna selama memimpin pemerintahan. Beliau selalu mencari jalan tengah agar tak terjadi keributan massa dan berusaha agar semua pihak merasa puas.
Meskipun beliau adalah seorang jendral dengan sosok yang tinggi besar namun beliau tidak pernah menggunakan hal tsb sebagai tameng untuk menggertak adanya ketidakberesan di negeri ini. Beliau di kenal tidak pernah marah. Bahkan ada beberapa pihak yang mengatakan bahwa beliau terlalu ‘hati-hati’ dalam bertindak. Cenderung slow motion dan dilihat dulu segala aspek kemungkinan yang terjadi. Sangat berbeda dengan latar belakang militer yang dimilikinya dimana orang sangat berani untuk mengambil langkah untuk perang.
Mungkin karena sikapnya yang cenderung hati-hati inilah, SBY dikenal tidak mempunyai ‘musuh’ dalam dunia politik. Selama 10 tahun masa kememimpinan beliau, negeri ini terbilang aman. Tak ada pemberontakan massal secara serentak yang merugikan moril dan materiil, seperti pernah terjadi di era orde lama atau tahun 1998. Tak pernah ada serangan bom dibeberapa tempat fasilitas umum seperti pernah terjadi sekitar 2002-2003. Memang masih ada beberapa pemberontakan atau demo yang dilakukan sejumlah partai atau ormas, namun semuanya masih bisa aman terkendali dan tidak menjalar menjadi pemberontakan massal.
SBY memang dikenal tidak mempunyai ‘lawan’ namun sepertinya yang menjadi musuh bagi kepemimpinan SBY bukanlah musuh politik melainkan alam. Tantangan pertama SBY sejak pertama kali memimpinn negeri ini adalah terjadinya bencana alam secara beruntun. Bencana alam cukup besar dan hampir terjadi di seluruh daerah di negeri ini bertubi-tubi. Bencana alam yang terjadi antara lain :tsunami di Aceh, meletusnya hampir semua gunung di negeri ini, gempa, banjir, lumpur lapindo dan kabut asap akibat kebakaran hutan.
Terima Kasih SBY
Prestasi SBY selama 10 tahun memimpin negeri ini sangat besar dan patut dibanggakan. Sangat terasa kontribusinya, prestasi beliau bagi seluruh rakyat negeri ini. Prestasi SBY dalam menjalankan masa kepresidenan 10 tahun antara lain :
- Penanganan korupsi secara tuntas dengan dirasakan makin efektifnya kerja KPK yang makin ‘galak’ dalam menangkap segala pihak yang terkait korupsi
- Penanggulangan bencana alam secara cepat.
- Penanggulangan bahaya narkoba.
- Mempertahankan laju ekonomi yang stabil.
- Melunasi hutang IMF.
- Menurunkan ratio hutang luar negeri.
- Naiknya pendapatan per kapita. Hal ini terbukti dengan rakyat yang tetap bisa memenuhi kebutuhan pokok meskipun harga sembako atau BBM naik, hanya diprotes demo sesaat namun selanjutnya rakyat tetap mampu beli bensin dan bahan pangan dari kocek sendiri.
- Pemberantasan terorisme.
- Mengakhiri konflik di Aceh.
Dan kita semua jelas merasakannya bahwa sebagai rakyat, kita dapat menikmati segala jerih payah beliau.
Maafkan kami, SBY
Setelah 6 kali berganti Presiden, sepertinya SBY adalah Presiden terbaik yang pernah dimiliki oleh rakyat Indonesia. Beliau benar-benar untuk memenuhi kepuasan rakyatnya. Tidak semata-mata untuk tahta kepresidenan. Bayangkan, beliau senantiasa berusaha untuk silaturahmi damai dengan bangsa lain, berusaha menaikkan perekonomian dan meningkatkan stabilitas politik dengan cara aman. Beliau tak pernah mengajak konfrontasi dengan negeri sebrang, menculik para aktivitis, membungkam pers, dan sejenisnya.
Hanya saja sayangnya karena beliau terlalu baik, rakyat pun jadi ‘ngelunjak’ alias lupa diri. Rakyat sepertinya merasa terlalu bebas di era reformasi karena biasa terkekang sebelumnya. Sehingga lupa akan batas-batas siapa pemimpin dan siapa yang dipimpin. Kita lupa bahwa pemimpin harus dihormati. Padahal sang pemimpin telah memenuhi kebutuhan rakyatnya. Bayangkan ketika era google dan social media sekarang, semua orang asyik mencela beliau via sosmed. Segala tindak tanduknya atau perkataan beliau pastinya langsung disindir di segala macam sosmed. Mention twitternya pun ramai oleh segala macam kritikan atau hujatan.
Kebebasan pers yang sedang melambung pun tak mau kalah. Ada saja segala macam celetukan mengenai pidato atau tindakan beliau yang dimuat media massa. Beliau menyanyi sebagai hobi dianggap salah. Beliau menulis pun salah. Beliau diam pun salah.
Menjelang detik-detik terakhir masa kepresidenannya pun sempat terjadi trending topic yang menghina beliau. Semuanya berdasarkan kekecewaan rakyat atas sikap beliau dalam suatu penetapan undang-undang. Sebenarnya itu hanyalah 1 per sekian persen dari kesalahan yang beliau buat. Sama halnya apabila kita melakukan kesalahan dalam pekerjaan, pasti ada ‘accident’ yang yaah sebenarnya tak perlu dibahas. Jasa yang beliau lakukan sebelumnya jauh lebih banyak kan. Dan itu tidak mudah melakukannya. Tak ada manusia yang sempurna, meskipun seorang Presiden..
Namun wajar, bila menjelang hari-hari terakhir kepergian seseorang kita justru mengingat nodanya yang setitik daripada lembaran kainnya yang bersih. Sama seperti Soeharto, dimana rakyat gencar menghujat dan menurunkan beliau pada 1998 namun satu decade kemudian sepertinya rakyat kita merindukannya dengan terpampangnya stiker Soeharto dimana-mana 🙂
Dan sepertinya itulah yang akan terjadi pada SBY. Bulan lalu di twitter ramai dengan – maaf – ‘shame on you’, lalu hari ini ramai dengan ‘thank you’, dan mungkin 10 tahun – atau bisa jadi 1 tahun – lagi akan ramai dengan ‘we miss you’ di mention twitternya. 🙂
Sebelumnya SBY sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran demi kemajuan bangsanya dengan membuka akun twitter. Lalu kita pun rajin mengkritiknya bahkan sampai lepas kendali. Kadang keluar bahasa yang tak sopan kepadanya di sosmed. SBY berhasil memimpin negeri ini katakanlah dengan sempurna dibandingkan pemimpin sebelumnya. Kesalahannya hanya bisa terhitung jari dibandingkan jasanya.. Kita selalu menuntut bila beliau salah. Namun kita selalu lupa berterima kasih kapanpun itu. Kita hanya mengucapkan terima kasih sekali saja saat beliau selesai masa tugasnya. Sedangkan kritik hampir setiap hari kita sampaikan. Hanya sebatas ucapan terima kasih saja yang dapat kita sampaikan atas segala jerih payahnya.
Maafkan kami, SBY
we’re gonna miss a leader like you…
dan sekali lagi, terima kasih SBY
(arlin)
Jakarta, 21 Oktober 2014