Kita memang negara Pancasila dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” atau berbeda2 tetapi tetap satu; tapi jujur aja..,apakah rela merasa beda mendapat perlakuan yg beda oleh orang yang sama? Secara orang yg satu punya status yang sama dengan kita..baik prestasi, pangkat, perilaku, dsb..
Tak jarang para mertua yg memperlakukan menantunya berbeda2. Entah dasar apa, yg jelas perilaku mereka sama baiknya, namun menantu yg satu diperlakukan sangat istimewa-bagaikan permaisuri istimewa,menantu lainnya dicuekin aja bagaikan anak tiri. Yang jelas, yang merasa diperlakukan tak enak pasti tak berani protes ke mertuanya, walaupun cenderung sakit hati. Tapi ada juga yang cuek bila diperlakukan beda; namun justru pihak ketiga yang melihat segala perbedaan itu. Pihak ketiga berhak saja sih mengajukan protes, bila ia berani. Toh, sudah hak semua orang mendapatkan hak dan perlakuan yang sama bila kita memiliki derajat dan ilmu yang sama.
Masih banyak segala contoh perbedaan lainnya tanpa alasan yang jelas. Memang bete..gondok dsb, namun sekali lagi kita kembali ke fitrah kita sebagai manusia yang ikhlas dan tawakal. Jalankan kewajiban kita sebagai manusia beriman yg baik. Bila merasa diperlakukan tak adil oleh mertua, boleh aja sesekali kita bete, asalkan kita tetap menjalankan kewajiban kita sebagai anak dan menantu yg baik; senantiasa berbakti dan mendoakan mereka-bukan berarti caper- tapi jalankan saja yang sudah menjadi kewajiban kita. Insya Allah dengan segala keikhlasan menunaikan kewajiban akan membuka hati orang yg memperlakukan kita secara beda dgn yang lain…meskipun kita diperlakukan beda jgnlah kita membeda2kan orang tsb. Perlakukan seseorang sebagaimana kita ingin diperlakukan.