Hoax vs Honesty

Semua orang sepertinya benci akan hoax.

Yang berhubungan dengan hoax identik dengan keburukan atau segala sesuatu yang negatif.

Karena hoax memiliki makna bohong alias dusta, palsu atau fake. Dan semua orang pasti benci itu. Siapa yang tidak benci bila di bohongi? Siapa yang tidak muntah bila diselingkuhi oleh kekasihnya? Siapa yang tidak kesal bila Pemilu curang?  ….dan semua itu hoax!

Hoax adalah kebalikan dari kebenaran. Segala sesuatu yang palsu, munafik, bohonng, dusta, pura-pura, curang, penipuan…itu semua hoax. Dan itu sekarang yang sekarang sedang trend di masyarakat kita. Segala berita atau kabar kadang sulit dipercaya karena marak akan isu “hoax” tadi. Semua orang kurang yakin apakah itu berita itu hoax atau benar. Dan entah mengapa justru berita hoax yang jauh lebih cepat menyebarnya. Meskipun kita tahu bohong itu dosa, lalu ada ancaman hukuman bagi penyebar hoax tapiii tetap saja hoax tetap ada dimana-mana.

Yup! Karena segala sesuatu yang identik dengan keburukan memang cepat menyebarnya. Sebagaimana bau sampah yang kita tahu baunya tidak enak, tapi kita tetap saja buang sampah sembarangan di mana-mana.

Kebalikan dari hoax alias kebohongan adalah kejujuran. Dan semua orang pasti tahu jujur itu baik. Bila bohong alias hoax identik dengan maling maka jujur identik dengan kebenaran. Semua orang ingin anaknya jujur, tidak bohong pada orang tuanya, tidak suka mencontek. Semua orang ingin pasangannya jujur; tidak selingkuh atau berdusta. Semua orang ingin Pemilu yang jujur dan adil; tidak ada yang curang, data palsu dsb.

Tapi benarkah begitu? Benarkah dalam keseharian kita jujur itu suatu yang benar?

Simaklah kisah ini…

Saat kecil,  orang tua pernah berpesan kepada kita agar ketika ada tamu datang ke rumah jangan katakan mereka (ortu) ada meskipun kenyataannya ada. Atau bilang mereka lagi sakit padahal lagi jalan-jalan. Berarti kita sudah diajarkan untuk menyebarkan hoax kan sejak kecil?

Lalu bagaimana bisa mempunyai pemerintah atau masyarakat yang jujur bila kita sudah mengajarkan anak untuk bohong sejak kecil…? Baca lebih lanjut

Ada Apa Dengan Cinta

image

Cinta itu memang ajaib. Sepertinya hampir semua orang di dunia ini pernah mengalami yang namanya jatuh cinta.

Yang tak pernah jatuh cinta pastinya juga tidak pernah mengenal seperti apa rasanya kangen, gelisah, penasaran, kecewa, atau bahagia dengan makna yang berbeda.

Kenapa saat jatuh cinta sepertinya emosi dan sikap setiap orang jadi berubah?

Saat orang jatuh cinta, segala macam hormon di dalam tubuhnya bekerja dengan aktif. Endorphins, oxytocin, serotonin dan adrenalin lebih aktif dari biasanya sehingga sistem di otaknya pun jadi overload untuk mengatur kerja hormon tsb. Tubuh kita bekerja lain dari biasanya.
Itulah sebabnya, ketika ada Cinta maka seseorang maka akan merasa canggung bertemu orang yang dicintai, jantung lebih mudah berdebar, gelisah, rasa bahagia berlebih atau bahkan sulit tidur
Tapi tenang….itu bukan penyakit. It’s normal! Dan semua orang pasti pernah mengalaminya.

Kata orang cinta identik dengan yang indah dan bahagia.
Why?
Ketika ada rasa suka dengan seseorang, maka otak kita akan dirangsang untuk mengeluarkan hormon endorphin lebih banyak dari biasanya. Efek endorphin adalah adanya rasa bahagia, rileks, serta selalu positive thinking. Itulah sebabnya saat jatuh cinta, seseorang akan melihat segala hal yang indah2 saja. Tak peduli kata orang apakah orang yang dicintainya itu jelek, hitam, jerawatan…tapi di matanya dia tetap ganteng! Makanya memang benar adanya bila dikatakan cinta memang tidak mengenal logika. Karena logika orang yang sedang jatuh cinta memang tidak sedang bekerja sebagaimana mestinya.
Tapi sekali lagi, tak perlu khawatir….ini normal. Memang beginilah siklus kerja hormon dan otak yang dimulai sejak usia pubertas.

image

Kenapa cinta harus ada rasa kangen?
Baca lebih lanjut

Ujian dan Usaha

“Sungguh akan Kami uji iman kalian dengan kesusahan dan kesenangan” (Al Anbiya:35)

Ujian tidak identik dengan kesulitan atau kesedihan seperti sakit, lapar, atau kemiskinan. Tapi ujian juga bisa berupa kesenangan seperti harta, rejeki, kesehatan, anak, keluarga, dan masih banyak lagi. Sebagaimana nabi Sulaiman yang di uji dengan kekayaannya atau nabi Yusuf yang di uji dengan ketampanannya.
Dan biasanya ujian terbesar justru datang dari keluarga…lihatlah nabi Luth yang di uji dengan istrinya, nabi Ibrahim dengan ayahnya, nabi Muhammad dengan pamannya, nabi Nuh dengan anaknya. Maka dari itu, kita harus senantiasa mendoakan keluarga kita…karena mereka hanyalah titipan dan ujian terbesar kita di dunia dari Sang Maha Kuasa.

Ujian dan usaha adalah hubungan sebab akibat yang saling berhubungan. Bila kita sedang berusaha mengerjakan sesuatu agar segera mendapatkan solusi itulah ujian. Sedangkan kita diuji agar kita berusaha. Nabi Ayub diuji dengan sakit agar berusaha untuk bersabar dan Nabi Muhammad diuji menjadi yatim piatu agar berusaha menjadi mandiri.

Hanyaaa….sayangnya manusia suka gagal paham. Manusia sering menganalogikan kesulitan dengan ujian; sedangkan segala keberhasilan, kesuksesan dan kekayaan identik dengan usaha. Baca lebih lanjut

Narsis dan Riya

 

riya1

Kenapa biasanya orang santai saja bila dicap “narsis” tapi agak risih bila disebut “riya”? Padahal narsis dan riya konotasinya 11-12 alias beda tipis, secara garis besar bermakna akan memperlihatkan kelebihan diri ini kepada publik.

Ingat beberapa waktu lalu sempat heboh di sosmed, tentang seorang ustadz yang diserang netizen karena menyatakan bahwa selfie identik pula dengan riya. Sebenarnya bila dipikir dengan logika..yah ada benarnya juga.

Manusia agak risih dengan istilah “riya” karena identik dengan agama yang berkaitan dengan penyakit hati sehingga menjurus ke arah dosa. Sedangkan “narsis” kesannya lebih santai, lebih kekinian dan lebih populer, lagipula tidak membawa masalah agama…sehingga bisa diterima.

Kata “narsis” berasal dari Baca lebih lanjut

Takdir dan Kebetulan

“Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” (Thalaq:3)
Teringat kata-kata seorang teman bahwa “Tuhan Maha Sutradara”. Artinya semua kejadian di dunia ini baik di langit maupun di bumi adalah skenario-Nya. Allah sudah mengatur segalanya, bahkan untuk daun-daun yang jatuh berguguran pun Allah telah mengaturnya. Katanya tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Tapi benarkah begitu? Bukankah memang banyak kejadian karena “kebetulan”?

Lihatlah “skenario” ini:

Baca lebih lanjut

Forgive & Forget 

Sorry seems to be the hardest word (Elton John)

Minta maaf memang sulit tapi memaafkan jauh lebih sulit lagi. Tapi nilainya jauh lebih mulia di mata Allah dan manusia lainnya. 

Manusia bukanlah mahluk yang sempurna. Kita tak pernah lepas dari kelalaian atau kekhilafan alias kesalahan yang biasanya akan menimbulkan kekesalan bagi orang lain di sekitar kita. Sudah sewajarnya kita meminta maaf bila berbuat salah…..



Tapi……….

Biasanya kita enggan atau cenderung sulit  memaafkan kesalahan orang lain. Kita merasa karena kita yang mempunyai kuasa, merasa yang paling pintar atau yang paling baik, rasanya tak dapat memaafkan kesalahan orang lain bahkan cenderung menyimpan dendam sekian lama atau ada rasa ingin membalas kesalahannya , tak jarang ada pula yang nyumpahin agar orang itu dapat balasannya. 

Lalu, akankah hidup kita tenang bila harus seperti itu? Dan apakah keuntungan yang kita dapat jika sumpah kita menjadi kenyataan ? Yang pastinya dosa kita akan semakin bertambah besar. Astaghfirullah…

Memang sulit memaafkan kesalahan orang lain. Karena gengsi atau ego, biasanya kita lebih memilih untuk “melupakan” daripada “memaafkan”. Dengan “melupakan”berharap bisa hilang dari ingatan kita akan kesalahan orang lain. Tapi, sebenarnya ini adalah cara yang salah . Pada dasarnya manusia tak akan bisa melupakan begitu saja. Setiap manusia mempunyai sel memory pada otaknya dimana setiap peristiwa yang dialami pasti direkam dalam otak kita. Bila kita mencoba “melupakan” itu sama saja kita memasang deadline kebencian kita untuk memaafkan seseorang, nanti bila masa itu lewat dan emosi kita mencapai klimaksnya bisa jadi justru “meledak”. 

Maka, jalan terbaik adalah kita mau memaafkan kesalahan orang lain. Meskipun orang tersebut belum tentu mau memaafkan kita. Kita berusaha demi silaturahmi yang terbaik, kita akui saja kesalahan kita. Perkara siapa yang salah atau benar, serahkan saja urusannya kepada Yang Maha Kuasa. Apabila tak ada kesempatan untuk bertemu dengannya lagi, minta maaf lah dalam hati, maafkan kesalahannya setiap malam sebelum tidur sebagaiman telah disunnahkan oleh Rasulullah untuk memaafkan kesalahan orang lain sebelum tidur.  Karena siapa tahu kesalahan yang kita perbuat kepadanya jauh lebih banyak daripada kesalahannya. 

Bagaimana jika kita sulit memaafkan kesalahan orang lain dan selalu ada rasa dendam?

Perbanyak istighfar, karena itu tandanya kita telah memiliki penyakit hati alias sombong. Artinya kesombongan kita jauh lebih besar daripada kesalahan orang itu.  Bayangkan Rasulullah saja yang sudah jauh lebih mulia dari kita, masih menerima dicaci maki setiap hari dan mau memaafkan kesalahan umatnya. Di dunia ini tak ada yang paling benar dan paling berkuasa.Karena seharusnya yang pantas dipuji hanyalah Allah, bila kita merasa diri kita yang paling benar dan tak ingin dihina berarti kita sombong.  Apabila kita merasa yang paling mulia dengan bersikap tidak mau mengakui kesalahan, tidak merasa pantas dihina, merasa yang paling benar , waspadalah itu semua adalah gejala awal kesombongan. Dari situ syaitan bisa masuk dengan mudah, dimana sombong adalah sifat syaitan yang utama, sehingga kita akan sulit untuk memaafkan. Astaghfirullah. 😰

“Jadilah engkau pemaaf dan perintahkan orang mengerjakan yang ma’ruf (kebaikan) serta berpalinglah dari orang2 yang bodoh (keburukan). ” (Al A’raf:199) 

Apakah kita juga mempunyai kesalahan terhadap orang lain?

Namanya manusia pasti tak pernah lepas dari kesalahan dan kelalaian sehingga pastinya kita pernah berbuat salah dengan orang lain entah disengaja atau tidak sengaja, baik kita sadari atau di luar kesadaran kita. Kita tak tahu segala sikap atau lisan kita – mungkin – bisa jadi sebuah cercaan yang menyakitkan bagi orang lain, meskipun kita tak ada maksud untuk menghina. Bila ada orang lain yang tak bisa memaafkan kita, hal ini akan mempersulit urusan kita saat di padang Mashyar nantinya. Makanya  kita harus senantiasa menjaga lisan, sikap,  perilaku. Atau sebaiknya diam. 

Lalu bagaimana bila orang lain tak mau memaafkan kesalahan kita?

Usahakan perbanyak istighfar dan memohon taubat dariNya. Setiap saat. Karena Allah lah yang Maha Pemaaf dan Maha Pemberi Taubat. Dan biasakan pula setiap malam sebelum tidur, kita sempatkan waktu untuk memaafkan kesalahan orang lain di sekitar kita, yang kita kenal, entah di masa lalu atau pun sampai detik terakhir. Ingat, memaafkan bukan melupakan. Cara memaafkan terbaik adalah kita mengingat kesalahan, istighfar, memaafkannya serta minta ampun kepada Allah. Meskipun sulit, tapi perlahan hati kita akan ikhlas akan segala kesalahannya, kita tetap ingat kesalahannya tapi kita pun akan diberi keyakinan bahwa bisa saja kita akan melakukan kekhilafan yang sama sehingga kita sendiri akan ikhlas memaafkannya. Percayalah. Insya Allah. 

Dan apabila kita telah memaafkan kesalahan orang2 di sekitar kita, insya Allah , Allah pun akan memaafkan kita. Insya Allah. Amin. ☺️☺️🙏

“Barangsiapa memaafkan kesalahan orang lain maka Allah akan memaafkan kesalahannya pada hari kiamat.” (H.R Ahmad)

Try to forgive, not to forget. Remember, give is better than get. If you forgive something, automatically you will forget it too 😃

And…please forgive me. 🙏

Jakarta, 18 September 2015

-arlin-

Wanita dan Aurat

Bila dipikir, apa enaknya menjadi wanita…punya rambut indah, panjang, tebal tapi harus ditutup. Sudah repot-repot merawat kulit agar mulus tapi tetap tak ada yang boleh menyentuh dan melihatnya. Suara kita sungguh indah dan enak di dengar, tapi tetap saja tak boleh bersuara keras. Kita sengaja merawat tubuh kita agar tetap sehat, bugar, langsing tapi tetap saja ditutup tak boleh ada yang melihatnya, hanya suami saja yang berhak melihat lekuk tubuh kita.

Mengapa dalam Islam, wanita seolah disembunyikan alias begitu tertutup dan tidak boleh dipertontonkan? Padahal wanita itu kan identik dengan sesuatu yang indah di muka bumi ini.

Kenapa?

Karena wanita begitu berharga. Karena wanita sangat berharga dan terhormat.

Begitu berharganya wanita dalam Islam sehingga harus dijaga, dan tak boleh dilihat sembarang orang. Kita pasti tahu bagaimana kita menjaga harta, uang, emas, atau apapun simpanan kita yang berharga seperti ijazah dsb. Kita pasti senantiasa menjaganya di tempat yang aman seperti di brankas atau bank atau di lemari yang tertutup rapat, dengan password yang tak boleh seorang pun tahu. Karena bila kehilangan, maka menangislah kita.

Begitulah wanita, sangat berharga sehingga harus dijaga. Tak boleh sembarang orang tahu bagaimana cantiknya wanita di balik hijabnya. Begitu berharganya wanita sehingga hanya suami saja yang boleh menatap lekuk tubuhnya. Begitu berharganya wanita sehingga tak bisa sembarang orang tahu betapa mulus kulitnya.

Tak hanya sekedar berharga tapi juga terhormat. Kita tahu bagaimana orang-orang terhormat di negeri ini seperti presiden atau pejabat senantiasa dijaga atau dikawal. Begitu pula wanita. Wanita sangat terhormat sehingga senantiasa harus menjaga auratnya.

Mengapa wanita begitu berharga dan terhormat? Baca lebih lanjut

Sebaiknya : Doa dulu atau coba dulu?

“Mumpung masih muda kita kerja dulu, nanti berdoanya pas sudah tua saja”

“Yang penting coba aja dulu…., berdoa sih ntar aja…”

Uups……benarkah begitu?

Tapi kalau dipikir-pikir…..,

Sebelum makan, kita berdoa dulu apa merasakan enaknya sambel dulu ?

Sebelum hujan, sedia payung dulu atau langsung kebanjiran dulu?

Sebelum berjalan, bertanya dulu atau nyasar dulu?

Sebelum pacaran, kenalan dulu atau janjian dulu? Baca lebih lanjut

Tiada Yang Sempurna

Upin dan Ipin tengah asyik bermain kejar-kejaran, namun tiba-tiba Ipin tersandung batu dan jatuh. Kaki Ipin patah. Ipin tak bisa bermain lagi, duduk diam di depan TV dan selalu minta tolong saudaranya,Upin, bila ada yang ingin diambilnya dan tak terjangkau karena tak bisa berjalan. 

Akhirnya Ipin pun diberi tongkat untuk membantunya berjalan. Ipin sangat senang. Keesokannya Ipin mencoba ikut bermain petak umpet bersama temannya. Beberapa kali Ipin mencoba namun tetap tak berhasil, permainan jadi tak seru karena langkahnya Ipin tertinggal – lebih lambat – dibandingkan temannya. Semakin Ipin mencoba, dia pun semakin tersiksa. Akhirnya Ipin menyerah. Ipin memutuskan berhenti bermain dan istirahat di saung pinggir lapangan. Ipin semakin sedih dan menyesal sambil melihat temannya bermain, kaki serta tongkatnya. 

^_^

Tak ada yang sempurna di dunia. Meskipun kita terlahir dalam keadaan fisik sempurna. Lengkap dengan segala tangan kaki yang berfungsi. Namun alam pula lah yang bicara. Seiring dengan waktu segalanya bisa berubah. Seperti Ipin yang terlahir sempurna dan biasa bermain mendadak terkena musibah sehingga tak bisa jalan. 

Wajar bila Ipin menyesal dan sedih. Dia seperti kehilangan kehidupan lamanya; bermain, berlari, yang kini tak dapat dilakukan lagi.Kini dia pun harus tergantung kepada orang lain. Setiap memandang temannya, Ipin hanya iri karena dia dulu merasa bisa namun sekarang tidak. 

^_^



Ipin  tak sendiri di dunia ini. Masih banyak yang senasib dengannya. Dimana merasa dirinya cacat (disable) tak sedari lahir. Sehingga agak sulit untuk beradaptasi dan menerima kondisinya. 

Kita tercipta oleh Sang Maha Penguasa Alam Semesta. Dan kita pun harus bersatu dengan alam. Kita harus mengikuti aturannya. Semua sudah di atur mengapa harus ada yang tinggal di darat, laut maupun di udara. Agar bumi ini bisa saling melengkapi. Semua sudah di atur sesuai kemampuannya. Tak mungkin kita memaksakan ikan tinggal di darat, atau ayam tinggal di laut. Sama saja dengan membunuh mereka. 

Semua sudah di atur sesuai scope-nya masing-masing. Meskipun kita sudah berusaha untuk mencoba, bila alam tak mengizinkan kita tetap saja tak akan bisa. Kita tak bisa memaksa diri sesuai kehendak agar kita sama dengan yang lain. Lihatlah Ipin  yang sudah mencoba berlari meskipun sudah dibantu tongkat tetap saja tak berhasil. Dan apabila terus dipaksakan, Ipin bisa saja akan celaka dan kaki yang masih sehat pun akan lumpuh pula. Ipin awalnya memaksa diri karena ambisi dan terobsesi oleh lingkup sekitar yang sempurna. Namun akhirnya dia pun sadar akan kondisinya.  Apakah Ipin menyerah? Tidak. Dia telah mencoba. Meskipun gagal. Setidaknya itu adalah jawaban memang dia tak bisa melakukannya. Seseorang dikatakan menyerah apabila belum mencoba sama sekali dan sudah putus asa. 

Lalu mengapa ada orang seperti Ipin? Yang mendadak mengalami tidak berfungsinya alat gerak tubuh namun tak sedari lahir, sehingga sulit beradaptasi?

Masih ingat metamorfosis sempurna yang di alami kupu-kupu? Semula ulat yang hidup di tanah dan berubah menjadi kupu-kupu yang bisa terbang. Semuanya adalah kehendak Sang Pencipta dan harus bersatu lagi dengan alam ciptaanNya. 

Begitu pula dengan Ipin, harus berupaya beradaptasi di alam mana dia harus berada. Tak akan mungkin seekor kupu-kupu merayap terus di atas daun. Dia harus belajar terbang,  mengelilingi bunga dan mengisap nektarnya. Banyak orang yang jijik akan ulat namun semua orang menyukai kupu-kupu. 

Mungkin saat ini Ipin menyesali keadaannya yang tak bisa berlari namun suatu hari dia akan menyadari justru itulah anugrah terindah yang pernah dia miliki. Sebagaimana kupu-kupu cantik yang mampu menyuburkan bunga dan menghiasi indahnya taman.

Setiap orang diberi kelebihan dan kekurangan. Kita mungkin tak bisa berjalan, tapi itu pasti karena kita bisa “terbang”😉

Actually, being disable is a gift. Trust me😊

And just like Ipin,  you’re not alone.  (arlin)

Jakarta, 1 April 2015

Shalat

Di awal tahun ada teguran teman yang membuatku tertegun dan speechless “Usia terus bertambah dan waktu terus berubah, apakah shalatmu masih begitu2 saja?”

Ku akui memang tak pernah lupa shalat, dari kecil sudah dibiasakan shalat bahkan sudah menjadi kebutuhan tapi yah terus terang setiap hari sama saja shalatnya. Bacaan setelah Al Fatihah hanya itu2 saja suratnya, masih sering menunda waktu shalat, masih mengabaikan suara adzan demi urusan duniawi, lebih senang shalat sendiri daripada berjamaah, jarang shalat sunnah, shalat tergesa-gesa, dan masih banyak lagi. Sementara usia terus dewasa namun shalatnya masih seperti anak kecil 7 tahun yang baru belajar shalat. 😶

Perbedaannya hanya satu ; dulu saat 7 tahun harus disuruh , sekarang kesadaran sendiri. Itu saja bedanya. 

Seiring bertambahnya usia kita di dunia, berarti semakin berkurang pula jatah hidup kita di dunia. Dimana maut semakin dekat. Dan shalatnya masih begitu2 saja? Dimana shalat adalah penolong kita di alam kubur nanti…..

Astaghfirullah…

Sebenarnya tidak sulit meningkatkan kualitas shalat. Entah kenapa godaannya begitu besar. Seperti bacaan setelah Al Fatihah, sudah hapal hampir semua surat juzamma, namun entah mengapa lidah spontanitas selalu keluar surat ‘qulhu’saja? 

Mencoba shalat tepat waktu pun tidak sulit. Tapi mungkin juga tidak mudah. Kala kita dewasa, biasanya kita cenderung terkejar oleh nafsu duniawi. Lebih mengutamakan pekerjaan daripada shalat, lebih mengutamakan menjawab telpon masuk daripada shalat, mengutamakan tayangan film daripada shalat, mengutamakan makan daripada shalat. 

Sebenarnya memang benar adanya bahwa barakah bagi yang menjalankan shalat tepat waktu. Setelah shalat, kita terasa tak ada lagi beban dan jauh lebih tenang menjalankan aktivitas. Waktu pun terasa lebih banyak. 

Namun ada saja godaannya, entah mengapa panggilan adzan tidak membuat kita berdebar dan langsung bersiap shalat dan berwudhu? Mengapa suara adzan kalah getarannya dengan suara telepon dari seseorang yang membuat kita berdebar dan bergegas mengangkatnya? Mengapa suara adzan kalah suaranya dengan suara atasan yang menyuruh kita menyusun laporan akhir tahun? Mengapa suara adzan tak sekeras suara perut yang lapar sehingga kita berprinsip ‘lebih baik makan ingat shalat daripada shalat ingat makan’?  Mengapa suara adzan kalah indahnya dengan mimpi dan bantal yang terus melelapkan kita di waktu subuh? 

Godaan itu mungkin masih belum seberapa….Masih ada lagi godaan lain saat shalat yang lebih berat dimana kita juga berdosa bila menentang atau meninggalkannya. Seperti ketika hendak shalat namun dipanggil ibu atau di suruh suami. Ketika adzan namun bayi menangis. Ketika memasuki waktu shalat harus menolong orang sakit. Lalu sebaiknya mana yang didahulukan? Allah Maha Tahu dan Maha Adil. Wallahualam. 

Setiap hari selalu saja ada usaha memperbaiki diri lebih baik, lebih sehat, lebih sukses dsb. Tapi lewat teguran teman tsb sepertinya ada yang terlewat. Lupa memperbaiki kualitas shalat hari demi hari, karena di rasa setiap hari sudah shalat. Sementara waktu maut semakin sempit untuk menjemput, jangan sampai shalatku dan orang2 di sekitarku terus begitu2 saja. Semoga tahun ini jauh lebih baik. Amin. (arlin)

-terima kasih kepada yg sdh mengingatkan….

Jakarta, 14 Maret 2015