Artikel dengan judul Catatan Pinggir ini selalu ada di halaman belakang majalah Tempo. Ditulis dengan apik oleh satrawan Goenawan Mohammad yang juga pengelola majalah Tempo. Isi tema-nya tergantung dari sikon yang sedang hangat dibicarakan publik.
Yang menarik dari catatan pinggir ini, memang terlihat makna “pinggir”-nya dari sebuah berita. Mungkin itu juga alasannya artikel ini selalu ada di halaman belakang majalah Tempo. Dari kolom yang hanya ditulis dalam satu halaman ini, dapat dilihat secara sarat makna sebuah tema yang disajikan. Isi artikelnya tertera sebuah catatan dari sebuah berita yang biasanya luput dari pengamatan orang pada umumnya. Seperti catatan pinggir dengan judul B.O. (Boedi Oetomo) yang tertera pada majalah Tempo edisi spesial Mei 2008 lalu. Yang ditulis oleh Goenawan Mohammad adalah karakter seorang Wahidin Soedirohusodo yang merupakan salah satu pendiri B.O. Bukan semata-mata sejarah dari organisasi Budi Utomo yang sudah banyak diketahui publik. Di artikel tersebut Goenawan Mohammad juga menceritakan perjalanan para lulusan STOVIA yang masih dikenal sebagai “dokter jawa”. Sesuatu yang luput dari perhatian massa selama ini. Pantas untuk dikatakan sebagai “Catatan Pinggir”
Walaupun “Pinggir” tapi makna yang dikemukakan dalam artikel ini sangat dalam dan mengena ke hati dan pemikiran para pembacanya. Gaya bahasanya sangat lugas, kritik namun disampaikan dengan nilai sastra tinggi, kadang dituturkan pula dalam bentuk puisi.
Judul-judul dari artikel ini juga menimbulkan daya pikat tersendiri bagi pembacanya. Sering ditulis dalam singkatan seperti B.O. untuk Boedi Oetomo, D.D. untuk Douwes Dekker, Aladin untuk Ali Sadikin. Sangat menarik karena judulnya memang biasanya hanya terdiri dari satu atau dua kata saja, namun isinya sangat dalam.
Apakah masih ada penulis atau jurnalis lain yang bisa menulis suatu artikel singkat dan padat dengan nilai sastra tinggi seperti ini? Saya salut dengan Goenawan Mohammad, namun manusia pastilah terikat dengan tenggat usia. Bila beliau tak ada nanti, apakah ada yang bisa meneruskan generasi “Catatan Pinggir” seindah ini? Saya tak ingin kehilangan lagi kesempatan membaca artikel sehebat Catatan Pinggir. Mas Goenawan, tolong wariskan ilmunya kepada kami yang selama ini hanya sebatas sebagai pembaca untuk meneruskan “Catatan Pinggir”-mu. (arlin)