Prabowo

prabowo
Prabowo alias Letjen TNI (purnawirawan) Prabowo Subianto Djojohadikusumo, 62 tahun, putra seorang begawan ekonomi Indonesia dan salah satu kandidat calon Presiden tahun 2014. Sekilas bisa dikatakan sosok Prabowo adalah “Soeharto di era Reformasi”. Sangat mirip karakter pribadinya dengan mantan Presiden Soeharto yang kebetulan adalah mertuanya sendiri. Seorang tokoh militer dan politik yang juga keturunan priyayi, gagah dan tampan dengan senyumnya yang khas, berwibawa dan disegani, mantan aktivis Golkar, selalu mengenakan pakaian safari, serta terjun pula ke dalam perhimpunan tani Indonesia. Hanya satu perbedaan mencolok antara Soeharto dan Prabowo yaitu bila kita senantiasa menyaksikan Soeharto senantiasa didampingi sang istri sedangkan Prabowo justru sebaliknya; beliau selalu melambaikan tangan kepada rakyat tanpa seorang wanita di sisinya.

Priyayi
Nama Prabowo sudah lama dikenal massa sejak zaman orde baru. Beliau bukanlah tokoh baru di negeri ini. Masyarakat mengenal beliau awalnya karena sudah pasti – bisa dikatakan – beliau adalah keturunan priyayi alias keluarganya adalah pejabat di negeri ini. Berbeda dengan keluarga Soeharto, dimana priyayi adalah mutlak keturunan ningrat atau bangsawan – sedangkan yang dimaksud ‘priyayi’ bagi beliau adalah ‘priyayi modern’ dimana keluarganya adalah keturunan orang terpandang dari kalangan cendekiawan. Keluarga Jawa dengan pendidikan modern. Ayahnya adalah Soemitro Djojohadikusumo, seorang menteri ekonomi pada masa orde baru dan dikenal pula sebagai pakar ekonomi negeri ini.
Selain itu Prabowo juga cucu dari seorang pendiri Bank Indonesia. Dan beliau juga merupakan keturunan dari adipati atau kerajaan sultan Mataram. Sudah jelas beliau memiliki darah biru alias keturunan bangsawan atau pemimpin di negeri ini.

Pada tahun 1983 beliau menikah dengan Siti Hediati Hariyadi (Titiek Soeharto) yang merupakan putri dari Presiden RI saat itu, yang semakin menambah garis keturunan priyayinya – sebagai keturunan ‘raja’. Namun sayangnya, pada tahun 1998 beliau berpisah dengan Titiek Soeharto tak lama setelah Presiden Soeharto melepaskan jabatannya; dan sampai saat ini Prabowo belum ada pengganti bagi pendamping hidupnya.

Tentara
Hampir seumur hidupnya Prabowo berbakti kepada negeri ini melalui dunia militer. Sama seperti sang mertua, karir militernya terus melonjak tinggi. Prabowo lulus dari Akademi Militer di Magelang tahun 1974, satu almamater dengan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.

Prestasinya di dunia militer antara lain :
– Merupakan komandan termuda, pada thn 1976 dimana usianya masih 26 tahun
– 1976 :menjadi Komandan Pleton Group I Para Komando Pasukan Sandi Yudha sebagai bagian dari operasi Tim Nanggala di Timor Timur
– 1983 : Wakil Komandan Detassemen 81 Penanggulangan Teror Kopassus.
– 1992 : Sebagai Letnan Kolonel yang memimpin operasi penangkapan Xanana Gusmao
– 1995 : Memegang jabatan Komandan Kopassus
– 1996 : Diangkat menjadi Komandan Jenderal Kopassus dan memimpin operasi pembebasan sandera di Papua
– 1997 : Sebagai tim yang turut serta Tim Nasional RI untuk mengibarkan bendera merah putih di puncak gunung Everest.
– 1998 :Diangkat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad)

Cukup banyak prestasinya di dunia militer dan terbilang cepat untuk naik jabatannya.
Bisa dikatakan pula beliau terbilang muda untuk segala jabatan ketentaraan yang pernah dipegangnya. Hanya sayang, jabatan tertinggi terakhir yang dianutnya hanya dalam waktu sangat singkat dan justru jabatan tersebut lah yang melepaskan dirinya dari dunia militer.

Catatan Kelam di Masa Silam
Seperti kata pepatah “Mulutmu harimaumu”. Apa yang kau ucapkan adalah senjata bagimu. Begitu pula karirmu. Karirnu adalah senjata bagimu. Profesimu adalah risikomu. Semakin tinggi karirmu semakin tinggi risikonya. Begitu pula yang dialami oleh sang menantu dari mantan Presiden Soeharto ini.

Saat karirnya melambung tinggi di dunia militer. Sebagai Pangkostrad, satu tahap lagi di bawah Pangab atau – bisa dikatakan – dapat menyusul karir militer sang mertua, beliau justru terjebak oleh situasi dan jabatannya saat itu.

Sekedar flash back suatu peristiwa pahit bagi bangsa kita dan sejumlah pihak mengatakan bahwa sang tentara yang hobi berkuda ini terlibat di dalamnya.

Mei 1998, merupakan sejarah kelam bagi bangsa kita setelah yang pernah terjadi sebelumnya pada September 1965. Dimana kita harus “berperang” melawan bangsa sendiri. Bermula dari krisis moneter yang berkepanjangan, lalu rakyat pun sepertinya “mengamuk’ ketika Soeharto diangkat kembali menjadi Presiden dan mentri tiga periode alias Harmoko justru menjadi ketua MPR. Kerusuhan terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, bermula di Medan pada awal Mei dengan munculnya preman yang mengamuk di mana-mana. Lalu secara berurutan terjadi tragedi pula di Yogyakarta, Solo, Lampung, dan kota-kota besar lainnya. Seakan ada ‘dalang’ yang mengatur terjadinya kerusuhan ini.

Kemudian kerusuhan mulai memuncak saat terjadi tragedi penembakan mahasiswa Trisakti di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998. Tidak hanya berhenti sampai disitu saja, peristiwa penembakan mahasiswa Trisakti sepertinya menjadi pemicu meletupnya amukan bangsa ini. Kerusuhan sebelumnya di kota-kota lain tak separah yang terjadi di Jakarta pada tanggal 13 – 15 Mei 1998, seolah saat itu terulang kembali peristiwa tragedi pemberontakan PKI 1965 😦
Asap hitam mengepul di langit Jakarta, entah mengapa sepertinya setiap orang saat itu seperti “kerasukan”. Mereka membakar, menjarah, menyiksa, memperkosa, melempar bom Molotov, berteriak dengan kata kasar, seperti yang tak mengenal agama sama sekali. Negeri ini bagai dilanda perang. Dan yang menyedihkan justru dijajah oleh bangsa sendiri.
😦
Kerusuhan di bulan Mei 1998 ini membuat ribuan orang meninggal, ratusan etnis Cina menjadi korban perkosaan, ratusan ribu orang luka berat, belasan aktivis lenyap bagai ditelan bumi, kerugian negara yang sangat besar, sejumlah pedagang mengalami kerugian karena penjarahan, toko-toko besar di Jakarta sudah tidak operasional lagi. Peristiwa ini mengakibatkan traumatis tersendiri bagi yang secara langsung mendapatkan impact-nya. Kejadian ini merupakan saat berkabung bagi bangsa kita, jauh lebih menyedihkan dari tahun 1965 – dimana terdapat RIBUAN rakyat yang meninggal dan RATUSAN yang diperkosa. Tapi entah mengapa, kejadian ini tak ditetapkan sebagai hari berkabung nasional seperti 30 September yang diperingati setiap tahun, dimana kita memperingatinya dengan mengibarkan bendera setengah tiang setiap tahunnya?
😦
Prabowo yang saat itu menjabat sebagai Pangkostrad sempat ditemui beberapa tokoh masyarakat dan elite politik untuk mengambil alih situasi keamanan saat itu agar beliau dapat berperan sama seperti sang mertua saat pemberontakan PKI tahun 1965 dimana Soeharto saat itu juga memegang jabatan yang sama. Namun Prabowo masih mempertimbangkan hal tersebut karena situasi tidaklah sama. Beliau merasa tidak dapat secepatnya mengambilalih keputusan saat itu dan masih memerlukan bantuan ‘bos’nya untuk mengatasi situasi genting saat itu.

‘Bos’ dari Prabowo sendiri – entah mengapa – saat kerusuhan besar-besaran seperti itu justru tidak berada di lokasi. Sang Pangab – Wiranto – mengatakan harus menghadiri apel besar di Malang – yang sebenarnya tidaklah telalu penting dibandingkan situasi darurat di Jakarta saat itu.
Karena Prabowo yang ada di lokasi saat kejadian dan dianggap tidak dapat mengendalikan situasi saat itu, maka beliaulah yang dimintai pertanggungan jawab atas kejadian tersebut. Selain beliau, terdapat beberapa orang lagi yang bertanggung jawab atas peristiwa mengenaskan tersebut yang terdiri atas pejabat politik, militer, dan tokoh masyarakat saat itu.
Akibat segala peristiwa dan kerusuhan di bulan Mei 1998, Prabowo dianggap sebagai yang paling bertanggung jawab saat itu dan jabatannya pun dicopot oleh Presiden Habibie (pengganti Soeharto). Dan itu menjadi karir terakhirnya di dunia militer.

Pengusaha dan Politikus
Sejak keluar dari dunia militer, sesuai dengan keturunan darah birunya dimana Prabowo adalah keturunan dari pakar ekonomi, beliau terjun ke dunia bisnis. Beliau memimpin sejumlah perusahaan di Indonesia. Usaha bisnisnya kian maju. Selain itu beliau juga aktif di beberapa oraginisasi massa. Beliau menjadi ketua umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia, dan Ikatan Pencak Silat Indonesia.

Jiwa kemimpinan sepertinya sudah mengalir dalam dirinya dimana beliau juga keturunan dari priyayi yang memang raja ditambah lagi beliau adalah mantan pemimpin militer. Beliau mengajukan diri menjadi calon Presiden dari parpol Golkar pada tahun 2004. Lalu mencalonkan dirinya lagi sebagai calon wakil Presiden pada tahun 2009, berpasangan dengan Megawati. Kemudian pada 2014, beliau mencalonkan lagi dirinya menjadi calon Presiden dari parpol yang didirikannya yaitu parpol Gerindra.
Memang tepat bila dikatakan beliau adalah “Soeharto di era reformasi”. Karirnya terus menyusul sang mertua; mulai dari militer, politik, petani, hingga menjadi Presiden 🙂

Pro Kontra Prabowo
Pencalonan sang tentara berkuda menjadi Presiden tahun 2014 kali ini masih menjadi perdebatan sejumlah pihak.

Topik utama perdebatan mengenai dirinya tentu saja akan keterlibatan beliau dalam tragedi kerusuhan Mei 1998. Setelah 16 tahun berlalu, memang belum ditemukan benang merah akan peristiwa tragis tersebut meskipun telah dibentuk Tim Gabungan Pencari Fakta. Belum ditemukan bukti nyata dan adanya saksi yang mengetahui kejadian tersebut. Yang ada sekarang hanya sekedar berbagai teori dari berbagai pihak – berbasis logika – akan tragedi tersebut. Akankah ini tak akan pernah dapat ditelusuri kasusnya seperti pembunuhan Kennedy yang terjadi di Amerika? Dimana saksinya pun telah ditembak mati. Entahlah.

Dan yang membuat semua orang heran saat kejadian adalah mengapa ketika terjadi amuk massa besar-besaran seperti itu sama sekali tidak ada keamanan sama sekali dari ABRI (saat itu TNI dan Polri masih bersatu). Tak ada pertolongan dari polisi atau sejenisnya. Tak muncul tokoh heroik yang hadir di jam-jam terakhir seperti yang dilakukan Soeharto pada pemberontakan PKI tahun 1965. Atau apakah sang heroik di negeri ini hanya Soeharto???? Sayangnya, justru sang tokoh heroik tsb yang sedang dibenci rakyat saat itu.

Beberapa pihak yang mendukungnya, memaklumi kejadian yang terpaksa membuat beliau menjadi tersangka pada peristiwa tersebut. Dengan alasan beliau saat itu adalah tentara yang harus menjalankan komando dari atasannya. Sudah menjadi amanat pekerjaan untuk menjalankan perintah atasan. Termasuk bagi tentara. Apabila atasannya memerintahkan beliau untuk berperang, maka beliau harus perang mengangkat senjata. Apabila atasannya belum menyuruhnya angkat senjata, maka beliau tidak akan berperang. Situasi saat itu, mengharuskan beliau untuk menunggu perintah atasan untuk mengamankan situasi Ibukota Memang berbeda keadaannya dengan Soeharto yang dapat mengambil alih kendali saat peristiwa 1965, dimana saat itu para ‘atasan’nya lenyap di telan bumi.

Para pendukungnya menyatakan beliau layak jadi capres dengan alasan beliau tegas dan berwibawa, dan dengan latar belakangnya di dunia militer beliau dapat menjamin keamanan negeri ini. Di tambah lagi latar belakang keluarganya yang merupakan cerdik cendekia akan dapat mengatasi masalah ekonomi. Dan alasan lainnya adalah karena calon lainnya tidak layak secara performans sebagai capres dengan karakternya yang kurus dan hanya sekedar ‘boneka’ 🙂

Sedangkan pihak yang menentang beliau, belum dapat memaafkan kejadian tragis tersebut. Ditambah lagi sampai saat ini beliau belum memenuhi panggilan Komnas HAM. Keluarga dari 13 aktivis yang diculik dan sampai saat ini belum kembali, masih menduga kuat keterlibatan beliau dalam aksi tersebut. Kejadian pada 1998 terus dikenang massa sebagai peristiwa pahit dan sebagian besar orang yakin bahwa Prabowo diduga kuat sebagai ‘dalang’nya. Bila dia ada di lokasi, mengapa rakyat dibiarkan merana tanpa pengamanan sama sekali – meskipun harus menunggu komando Wiranto – lalu mengapa harus menunggu saat situasi darurat dan entah mengapa pula bisa serentak terjadi di sejumlah lokasi.

Tahun ini ibarat kita memilih capres dalam panggung wayang; yang satu adalah capres ‘boneka’, sedangkan satunya lagi adalah capres ‘dalang’ 🙂

Segala pro-kontra dari capres alias tokoh masyarakat pasti ada. Namanya juga manusia. Pasti pernah ada dosa di masa lalu. Karena kita memang manusia – bukan malaikat. Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapinya. Manusia diberi kesempatan untuk bertobat. Setiap manusia pasti pernah khilaf namun diberi kesempatan untuk berbuat baik setiap saat. Begitu pula bagi calon pemimpin.

Dan begitu pula bagi setiap orang yang menyikapi kesalahan orang lain. Kita dapat mengenangnya. Namun kita juga dapat memaafkan dan melupakannya. Yang kita kenang adalah perbuatan baiknya Sebagaimana seorang pelacur yang dapat masuk surga karena memberi minum seekor anjing 🙂

Kita lihat saja apakah bila nanti Prabowo berhasil menjadi Presiden akankah dia menjadi sosok yang sama persis dengan Soeharto – tidak sebatas penampilan dan latar belakang saja – alias bertangan dingin untuk menculik orang-orang yang menentangnya? Ataukah beliau tetap cool bila ada yang menentangnya dan tetap bijak mengendalikan situasi saat negeri ini kalut dilanda darurat? We’ll see….

Yang jelas bagi pendukung atau penentang beliau, cobalah bersikap netral dan dewasa. Tidak perlu saling ‘black campaign’ dengan menjatuhkan lawan main. Saling menjelekkan lawan main hanyalah sikap seorang anak kecil yang tak pernah mau kalah ketika berebut layangan 🙂
Toh nanti waktu juga yang akan menjawab siapakah pemimpin yang terbaik bagi kita.

Lalu siapakah dalang kerusuhan Mei 1998? Siapakah yang menculik para aktivis itu? Dimanakah tokoh aktivis itu berada? Siapakan saksi aksi kerusuhan ini? Akankah kasus ini terpecahkan atau hanya sekedar membeku begitu saja?
Entahlah. Semoga saja peristiwa ini dapat terpecahkan. Dan yang terpenting….semoga saja peristiwa ini tak terulang kembali. (arlin)
__________
Jakarta, 18 May 2014

*mengenang peristiwa kerusuhan Mei 1998, turut berduka cita atas korban mahasiswa Trisakti, korban penjarahan, korban perkosaan dan ribuan korban yang meninggal dunia.

Sumber :
http://wikipedia.org.id
– Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (http://semanggipeduli.com)

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s